Kenaikan juga terjadi pada konsumsi pangan menjadi 835 ribu ton dari bulan sebelumnya 793 ribu ton atau naik sebesar 5,30%. Konsumsi oleokimia naik 1,05% menjadi 192 ribu ton dari 190 ribu ton pada bulan sebelumnya.
Setelah mengalami penurunan cukup besar pada September, total ekspor produk sawit pada Oktober naik menjadi 2,79 juta ton atau 27,09% dari ekspor September sebesar 2,2 juta ton.
Menurutnya, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada minyak sawit olahan yang naik menjadi 2,04 juta ton dari 1,57 juta ton pada Oktober (29,88%), diikuti oleh oleokimia yang naik menjadi 506 ribu ton dari 443 ribu ton (14,22%), CPO naik menjadi 138 ribu ton dari 91 ribu ton (51,65%), dan olahan inti minyak sawit yang naik menjadi 108 ribu ton dari 93 ribu ton (16,13%).
Secara YoY sampai dengan Oktober, total ekspor produk kelapa sawit 2025 mencapai 27,69 juta ton atau naik sekitar 11,49% lebih tinggi dari ekspor 2024 sebesar 24,83 juta ton.
Nilai ekspor produk sawit per Oktober juga mengalami peningkatan dari US$ 2,528 miliar di bulan September menjadi US$ 3,292 miliar pada bulan Oktober atau meningkat sebesar 30,22%.
Secara YoY sampai dengan Oktober, nilai ekspor 2025 mencapai US$ 30,605 miliar lebih tinggi 36,19% dari ekspor 2024 sebesar US$ 22,472 miliar.
“Peningkatan nilai ekspor yang terjadi selain karena meningkatnya volume ekspor juga karena harga rata-rata Januari-Oktober tahun 2025 sebesar US$ 1.217/ton Cif Rotterdam yang lebih tinggi dari rata-rata Januari-Oktober tahun 2024 sebesar US$ 1.038/ton Cif Rotterdam,” tuturnya.
Dengan stok awal Oktober sebesar 2,59 juta ton, produksi CPO+PKO 4,75 juta ton, konsumsi dalam negeri 2,22 juta ton dan ekspor 2,79 juta ton, maka stok di akhir Oktober turun menjadi 2,33 juta ton dari 2,59 juta ton pada bulan lalu.
(ain)































