Logo Bloomberg Technoz

Trump berbicara setelah AS memperketat blokade terhadap kapal tanker yang berlayar ke dan dari Venezuela pada akhir pekan. Militer AS menaiki kapal yang tak dikenai sanksi milik entitas berbasis Hong Kong pada Sabtu dan mengejar tanker ketiga di lepas pantai Venezuela. Tanker besar lainnya, Skipper, dicegat pada 10 Desember.

Pada Senin, Maduro juga tampaknya berbicara dengan nada lebih moderat, mengatakan Venezuela akan menghormati kontraknya dengan Chevron Corp. Meski begitu, dia menyebut ada "konflik sementara dan situasional" dengan AS.

Aksi AS juga meliputi serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan narkoba. Pada Senin malam, Menlu Venezuela tampil di televisi pemerintah, membacakan pernyataan dari Maduro bahwa presiden menganggap "pencurian" dua kapal sebagai "agresi," dan menyerukan penghentian yang dia sebut sebagai "aksi pembajakan."

Lokasi terakhir kapal tanker Venezuela yang dicegat oleh AS. (Bloomberg)

Angkatan Laut AS, di bawah yurisdiksi Noem, mengawasi penghentian kapal tanker, sementara Komando Selatan Departemen Pertahanan AS mengoordinasikan penumpukan pasukan militer di dekat Venezuela dan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga terlibat dalam perdagangan narkoba, yang menewaskan lebih dari 90 orang sejak awal September.

Pejabat pemerintahan Trump menyebutkan berbagai alasan atas aksi antarlembaga ini, termasuk menghentikan aliran fentanil mematikan ke AS—meski para ahli mengatakan rute dan kapal yang ditargetkan lebih mungkin digunakan untuk penyelundupan kokain—serta menggulingkan Maduro dan mengembalikan aset AS yang disita puluhan tahun lalu.

Pemerintahan Trump menuduh Maduro memimpin organisasi penyelundupan narkoba, Cartel de los Soles, yang melibatkan pejabat pemerintah Venezuela tingkat tinggi dan ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh pemerintah AS.  

Trump berulang kali mengatakan akan menggunakan serangan darat untuk menghentikan penyelundup narkoba, memicu spekulasi bahwa dia bersiap menyerang Venezuela.

Pengerahan militer pemerintahan Trump ke Karibia merupakan yang terbesar di kawasan tersebut dalam puluhan tahun—dan menandai upaya terkoordinasi paling intensif untuk menyerang jalur ekonomi vital Venezuela. Negara tersebut mengekspor sekitar 900.000 barel minyak per hari—sekitar 30% di antaranya melewati armada bayangan yang serupa dengan tanker yang menjadi target pemerintahan Trump. 

Pendapatan dari industri minyak menyediakan mata uang keras yang sangat dibutuhkan bagi ekonomi negara yang sedang kesulitan. Pasokan dolar pemerintah pun turun 30% dalam 10 bulan pertama tahun 2025. Akibatnya, nilai tukar Venezuela di bawah tekanan.

(bbn)

No more pages