Saat harga minyak kedelai lebih mahal, maka keuntungan untuk beralih ke CPO menjadi meningkat. Maklum, kedua komoditas ini bisa saling menggantikan sehingga bersaing di pasar minyak nabati dunia.
Ketiga adalah perkembangan nilai tukar ringgit. Kemarin, mata uang Negeri Harimau Malaya melemah 0,05% terhadap dolar AS.
CPO adalah aset yang dibanderol dalam ringgit. Ketika ringgit terdepresiasi, maka kontrak CPO menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lainnya.
Keempat adalah aksi ‘serok’ di bawah alias bargain hunting. Dalam sepekan perdagangan terakhir, harga CPO masih membukukan koreksi 0,47% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga masih minus 1,88%.
Jadi, harga CPO memang sudah ‘murah’. Sepertinya ini membuat investor kembali berminat dan melakukan aksi borong.
Analisis Teknikal
Lalu bagaimana proyeksi harga CPO untuk hari ini, Selasa (23/12/2025)? Apakah bisa nak lagi atau kembali terkoreksi?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak di zona bearish. Terbukti dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 36. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun indikator Stochastic RSI sudah berada di 17. Di bawah 20 yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).
Untuk perdagangan hari ini, harga CPO masih berpeluang naik. Target resisten terdekat ada di rentang MYR 4.040-4.079/ton.
Target paling optimistis atau resisten terjauh adalah MYR 4.083/ton.
Namun kalau harga CPO malah turun, maka pivot point yang patut dicermati adalah MYR 3.982/ton. Dari sini, ada risiko harga bisa menguji support MYR 3.974-3.946/ton.
Target paling pesimistis atau support terjauh adalah MYR 3.878/ton.
(aji)





























