Logo Bloomberg Technoz

Dinamika Indeks Menabung dan Kepercayaan Konsumen November 2025


dok. LPS
dok. LPS

Bloomberg Technoz, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat dinamika perilaku keuangan masyarakat pada November 2025 menunjukkan sinyal yang beragam. Indeks Menabung Konsumen (IMK) berada di level 77,4 atau turun tipis 0,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya. Pergerakan ini mencerminkan adanya tekanan ringan pada kemampuan menabung, meski minat dan optimisme konsumen masih terjaga.

Penurunan IMK sejalan dengan melemahnya Indeks Kemampuan Menabung (IKPM) yang turun 1,7 poin ke posisi 65,9. Kondisi tersebut mengindikasikan sebagian rumah tangga menghadapi keterbatasan ruang fiskal dalam menyisihkan pendapatan untuk tabungan. Faktor pengeluaran rutin, termasuk biaya pendidikan pada periode sebelumnya, masih memberi pengaruh terhadap kemampuan menabung.

Meski demikian, LPS menilai kondisi tersebut belum mengarah pada pelemahan minat menabung secara struktural. Hal ini tercermin dari penguatan Indeks Kemauan Menabung (IKMM) yang justru naik 1,2 poin menjadi 88,9 pada November 2025. Angka ini menunjukkan konsumen tetap memiliki niat kuat untuk menabung di tengah penyesuaian kondisi keuangan.

“Perkembangan ini mencerminkan kemauan menabung konsumen terus meningkat di tengah kemampuan menabung konsumen yang cenderung stabil setelah adanya pengeluaran biaya pendidikan di periode sebelumnya,” ujar Direktur Group Riset LPS Seto Wardono melalui keterangan resmi, Selasa 9 Desember 2025.

Dari sisi komponen IKPM, terjadi penurunan proporsi responden yang menyatakan sering menabung. Persentasenya turun dari 17,8 persen pada Oktober menjadi 16,0 persen pada November 2025. Kondisi ini menandakan semakin sedikit rumah tangga yang mampu menabung secara rutin.

Pada saat yang sama, persentase responden yang menabung lebih kecil dari rencana justru meningkat cukup signifikan. Angkanya naik dari 49,8 persen menjadi 54,7 persen. Tren ini menjelaskan mengapa Indeks Kemampuan Menabung mengalami pelemahan pada periode laporan.

Sebaliknya, pada komponen IKMM terlihat sinyal yang lebih positif. Persentase responden yang menilai saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menabung meningkat menjadi 26,3 persen, dibandingkan 25,9 persen pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan persepsi jangka pendek konsumen terhadap aktivitas menabung tetap konstruktif.

Optimisme juga tercermin dari pandangan jangka menengah. Persentase responden yang menilai tiga bulan ke depan merupakan waktu yang tepat untuk menabung naik cukup tajam menjadi 37,4 persen dari sebelumnya 33,7 persen. Hal ini mencerminkan keyakinan konsumen terhadap perbaikan kondisi keuangan mereka ke depan.

Pergerakan IMK pada November 2025 tercatat bervariasi jika ditinjau berdasarkan kelompok pendapatan rumah tangga. Kelompok dengan pendapatan di atas Rp7 juta per bulan mencatat peningkatan IMK sebesar 5,3 poin, dengan level indeks kembali berada di atas 100. Kondisi ini menandakan kelompok berpendapatan tinggi relatif lebih resilien.

Di sisi lain, penurunan IMK paling besar terjadi pada kelompok rumah tangga berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan yang turun 6,0 poin. Tekanan juga dialami kelompok berpendapatan Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per bulan yang turun 2,0 poin, serta kelompok Rp3 juta hingga Rp7 juta per bulan yang turun 0,9 poin.

Kepercayaan Konsumen Menguat

Di tengah dinamika menabung tersebut, hasil Survei Konsumen dan Perekonomian LPS menunjukkan adanya penguatan persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Indeks Kepercayaan Konsumen IKK pada November 2025 tercatat naik 2,8 poin secara bulanan ke level 99,3.

Penguatan IKK ini menandakan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap situasi ekonomi secara umum. Kenaikan tersebut ditopang oleh persepsi yang membaik terhadap kondisi ekonomi lokal dan ketersediaan lapangan kerja saat ini.

“Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan persepsi konsumen yang utamanya ditopang oleh penguatan penilaian terhadap kondisi ekonomi lokal dan lapangan kerja saat ini, serta persepsi konsumen yang tetap optimis terhadap prospek ekonomi dan pendapatannya pada masa mendatang,” jelas Seto.

Pada periode yang sama, Indeks Situasi Saat Ini ISSI tercatat naik 2,5 poin ke level 74,7. Sementara itu, Indeks Ekspektasi IE meningkat lebih tinggi sebesar 3,0 poin ke posisi 117,8. Level IE yang masih berada jauh di atas 100 mencerminkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan tetap kuat.

LPS mencatat penguatan kepercayaan konsumen ini turut dipengaruhi oleh sejumlah faktor pendukung. Di antaranya adalah penyaluran bantuan sosial, bertambahnya lapangan kerja, serta perbaikan infrastruktur umum di berbagai daerah.

Selain itu, berjalannya proyek pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun juga memberikan dorongan terhadap persepsi ekonomi masyarakat. Implementasi percepatan belanja pemerintah dinilai turut meningkatkan aktivitas ekonomi sekaligus penyerapan tenaga kerja.

Faktor lain yang ikut berkontribusi adalah keberhasilan panen tanaman pangan di sejumlah wilayah. Kondisi ini membantu menjaga daya beli rumah tangga, khususnya di daerah yang bergantung pada sektor pertanian.

Ditinjau berdasarkan kelompok pendapatan, IKK pada November 2025 mencatat penguatan di seluruh segmen rumah tangga. Kelompok dengan pendapatan di atas Rp7 juta per bulan mencatat kenaikan tertinggi sebesar 13,2 poin secara bulanan.

Penguatan IKK juga terjadi pada kelompok berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan yang naik 6,4 poin. Kelompok Rp3 juta hingga Rp7 juta per bulan naik 3,3 poin, sedangkan kelompok Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per bulan meningkat 0,7 poin.

Mayoritas kelompok pendapatan kini memiliki IKK di atas level 100 yang mengindikasikan persepsi optimis. Hanya kelompok rumah tangga berpendapatan Rp1,5 juta hingga Rp3 juta per bulan yang masih berada sedikit di bawah level tersebut.

Secara keseluruhan, LPS menilai kombinasi antara kemauan menabung yang tetap kuat dan meningkatnya kepercayaan konsumen menjadi modal penting bagi stabilitas ekonomi. Meski kemampuan menabung menghadapi tekanan jangka pendek, optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi ke depan dinilai masih terjaga.