Kategori direct-to-consumer, yang mencakup toko dan situs web milik Nike sendiri, serta kinerja di China mengecewakan, kata Poonam Goyal, analis senior Bloomberg Intelligence. “Kami perlu mendengar lebih banyak tentang kapan kondisi akan kembali ke jalur yang benar.”
Dalam panggilan perusahaan dengan para analis, Hill mengatakan pemulihan Nike “tidak akan berjalan lurus, tetapi kami bertindak tegas untuk mempercepat perbaikan di area yang tertinggal — dengan China berada di urutan teratas.”
Nike melaporkan penurunan lalu lintas toko di kawasan China Raya dan kesulitan menghabiskan persediaan lama. Perusahaan kini memfokuskan perhatian pada Beijing dan Shanghai sambil menyempurnakan bauran produknya.
“Apa yang telah kami lakukan adalah sebuah awal, tetapi belum terjadi pada tingkat atau kecepatan yang kami butuhkan untuk mendorong perubahan yang lebih luas,” kata Hill, merujuk pada pasar tersebut.
Nike juga berupaya merombak Converse, yang selama ini sangat bergantung pada sepatu Chuck Taylor untuk mendorong penjualan. Merek tersebut kesulitan memicu antusiasme di lini produk lainnya.
Terkait: Nike Terus Mengguncang Tim Kepemimpinan di Bawah CEO Hill
Nike menekankan bahwa perusahaan terus merebut kembali pangsa di kategori lari, serta di Amerika Utara.
Hasil kinerja tersebut “sedikit lebih baik dari yang kami perkirakan 90 hari lalu,” kata Hill, namun ia menegaskan “kami masih jauh dari potensi kami.”
Secara keseluruhan, pendapatan naik 1% menjadi US$12,4 miliar pada kuartal fiskal yang berakhir 30 November, melampaui rata-rata estimasi analis.
Nike telah kehilangan pelanggan dalam beberapa tahun terakhir karena terlalu mengandalkan penjualan sepatu gaya hidup, alih-alih mengembangkan perlengkapan yang menarik bagi para atlet. Di kategori seperti lari, Nike kehilangan pangsa pasar dari para pesaing seperti Hoka dan On. Pada saat yang sama, Nike juga mengurangi kerja sama dengan mitra grosir untuk menekankan saluran penjualan miliknya sendiri.
Kini, Hill mendorong para eksekutif dan desainer untuk menciptakan produk berteknologi maju — dan dengan cepat.
Meski demikian, perusahaan belum mengeluarkan panduan jangka panjang — sebuah tanda bahwa Nike masih berupaya mengendalikan operasionalnya seiring membangun kembali hubungan dengan peritel dan mempertajam fokus pada cabang olahraga serta kota-kota utama.
“Sama seperti tidak masuk akal mengharapkan catatan waktu finis rekor dari seorang pelari maraton yang masih dalam pemulihan dari flu, demikian pula tidak masuk akal mengharapkan Nike menghasilkan angka yang kuat ketika perusahaan masih berada di pertengahan program pemulihannya,” kata Neil Saunders, direktur pelaksana GlobalData.
(bbn)





























