Logo Bloomberg Technoz

Meidy meyakini penambang nikel pada tahun depan bisa meraih keuntungan lebih, sebab pemerintah berencana memangkas target produksi bijih nikel menjadi sekitar 250 juta dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2026, turun dari target tahun ini sebanyak 379 juta ton.

Dengan demikian, kelebihan pasok atau oversupply nikel global diharapkan dapat berkurang.

Ketika kondisi tersebut terjadi, harga nikel dunia perlahan terkerek naik. Dia mengalkulasi, harga bijih kadar tinggi atau saprolit dapat terkerek hingga US$25/ton pada 2026, sementara kadar rendah atau limonit bisa naik US$30—US$40 per ton.

Di sisi lain, lanjut dia, pemerintah juga berencana merevisi formula harga patokan mineral (HPM) nikel selain memangkas produksi. Dengan begitu, harga nikel Tanah Air diharapkan dapat kembali menguat.

“Formulasinya sekali lagi saya mungkin belum bisa sampaikan karena menjadi kerahasiaan kita dengan [Ditjen] Minerba. Pak Dirjen itu minta saya untuk tidak dipublikasikan dahulu sampai final, karena saat ini sudah dalam negosiasi dengan Pak Menteri. Akan tetapi, tanda-tandanya Pak Menteri juga setuju revisi kita,” lanjut dia.

Berdasarkan London Metal Exchange (LME), logam nikel dilego di harga US$14.346/ton hari ini, turun 1,65% dari penutupan sebelumnya. 

Harga logam nikel sempat mencapai rekor di atas US$100.000/ton pada Maret 2022 akibat short squeeze pasar, tetapi sejak itu harga menurun tajam.

Sepanjang 2024, harga menyentuh rekor terendah dalam 4 tahun terakhir setelah sebelumnya diproyeksikan mencapai US$18.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$20.000/ton, menurut lengan riset dari Fitch Solutions Company, BMI.

Gejala ambruknya harga nikel sudah terdeteksi sejak 2023. Rerata harga saat itu berada di angka US$21.688/ton atau terjun bebas 15,3% dari tahun sebelumnya US$25.618/ton. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.

(azr/wdh)

No more pages