Selain OMC, BMKG bersama BNPB dan di bawah koordinasi Kementerian Perhubungan juga mengembangkan platform informasi cuaca terpadu untuk mendukung keselamatan transportasi darat, laut, dan udara. Informasi tersebut menjadi acuan utama dalam menentukan kelayakan penerbangan maupun pelayaran, terutama saat terjadi gelombang tinggi atau cuaca buruk.
Untuk sektor darat, BMKG juga memantau kondisi cuaca di jalan-jalan utama, termasuk perkiraan hujan, berawan, atau cerah. Informasi ini diharapkan membantu kelancaran dan keselamatan mobilitas masyarakat di tengah potensi cuaca ekstrem.
Di sisi lain, Teuku Faisal mengingatkan bahwa Indonesia tetap berada di kawasan rawan gempa. Sepanjang tahun ini, BMKG mencatat lebih dari 40 ribu kejadian gempa bumi, dengan 917 di antaranya dirasakan masyarakat dan 24 kejadian menimbulkan kerusakan.
Seluruh aktivitas gempa, tsunami, dan fenomena cuaca ekstrem tersebut dipantau melalui jaringan UPT BMKG dan stasiun pemantauan di 191 wilayah, yang didukung lebih dari 10 ribu alat utama. BMKG juga memasang lightning detector di 38 UPT untuk memantau sebaran dan intensitas petir, serta tengah mengembangkan impact based forecasting guna memprediksi lokasi, waktu, dan dampak petir secara lebih akurat.
(dec/spt)





























