Siapa Pemilik Kopi Tuku yang Viral di Jakarta Selatan?
Referensi
10 December 2025 14:21

Bloomberg Technoz, Jakarta - Kopi Tuku kembali menjadi perbincangan publik setelah produknya kerap muncul di berbagai unggahan viral dari warga Jakarta Selatan. Nama kedai kopi ini sudah tidak asing lagi bagi pecinta kopi, terutama mereka yang mengikuti perkembangan tren es kopi susu di Indonesia. Dari sebuah kedai kecil di Cipete, Kopi Tuku kini menjelma menjadi brand yang melekat pada gaya hidup urban masyarakat Ibu Kota. Terlebih sejak 2017, ketika Presiden Joko Widodo membeli Kopi Susu Tetangga dan membuat nama Tuku melejit secara nasional.
Kisah Tuku menarik perhatian bukan hanya karena menunya yang populer, tetapi juga karena perjalanan pendirinya, Anadanu Prasetyo atau Tyo, yang membangun bisnis ini dari nol. Berangkat dari riset kampus dan berbagai eksperimennya di dunia kuliner, Tyo menjadikan Tuku sebagai simbol kedai kopi lokal yang serius dalam kualitas namun tetap dekat dengan masyarakat. Inilah yang membuat publik bertanya-tanya: siapa sebenarnya sosok di balik Kopi Tuku, dan bagaimana brand ini bisa berkembang pesat seperti sekarang?
Pendiri Muda di Balik Kedai Kopi Lokal yang Jadi Ikon Jakarta
Sosok Anadanu Prasetyo lahir pada 1989 dan tumbuh sebagai pemuda dengan ketertarikan kuat pada kuliner serta budaya kopi. Sebelum membangun Tuku, ia telah mencoba berbagai usaha kecil, termasuk mengelola distro bersama kakaknya. Namun kecintaannya terhadap kopi mulai tumbuh saat ia menjalani pendidikan di Prasetiya Mulia Business School, di mana ia diminta mengerjakan riset yang membuka jalannya pada industri kopi.
Dalam salah satu wawancara, Tyo mengungkap bahwa ketertarikannya terhadap kopi bermula dari penelitian kuliah. Ia menelusuri teknik roasting, ragam karakter biji kopi Nusantara, serta cara meracik kopi berkualitas. Survei di berbagai kota, termasuk Yogyakarta, membuatnya memahami bahwa konsumsi kopi di Indonesia belum setinggi geliat ekspornya. Di situlah ia melihat peluang: kedai kopi harus bisa menjadi ruang yang lebih membumi bagi masyarakat lokal.
Ketika menjalankan bisnis distro, ia menemukan sebuah lokasi kecil di Cipete yang dianggapnya memiliki potensi. Dari situlah ide Tuku lahir. Nama “Tuku”, yang berarti membeli dalam bahasa Jawa, dipilih untuk menggambarkan kedai sederhana tempat orang datang membeli kopi dengan praktis namun tetap berkualitas tinggi. Visi Tyo sejak awal jelas: membuat kopi yang enak, jujur, terjangkau, dan dekat dengan “tetangga”.



























