Dalam keterangan tertulisnya, PTAR mengungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia sempat meninjau langsung lokasi terdampak banjir dan longsor di Desa Garoga, Tapanuli Selatan.
Dalam kunjungan itu, Katarina menyatakan perusahaan menegaskan komitmen pada transparansi dan kepatuhan terhadap perizinan serta penerapan prinsip pertambangan yang baik atau good mining practice.
“Kami terbuka dan kooperatif terhadap proses verifikasi serta pengawasan pemerintah. Kami siap menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan dan mendukung penuh setiap langkah pengawasan sesuai ketentuan,” ungkap Katarina, dalam keterangan tertulis yang diterima.
Sebelumnya, Bahlil membeberkan timnya turut mengevaluasi kegiatan tambang emas Martabe yang dikerjakan PT Agincourt Resources, entitas bisnis PT United Tractors Tbk (UNTR).
Evaluasi tambang emas Martabe berkaitan dengan upaya pemerintah menelusuri penyebab bencana banjir dan longsor besar di sejumlah daerah mulai dari Aceh, Sumatra Utara sampai Sumatra Barat.
“Kali yang di Martabe ini yang paling kecil, tim tambang tetap melakukan evaluasi sampai sekarang,” kata Bahlil di Istana Negara, Jakarta, Kamis (4/12/2025).
“Kemarin saya juga cek, tetapi tim kami lagi mengecek sampai selesai baru kami memutuskan,” kata Bahlil.
Di sisi lain, Bahlil menegaskan, kementeriannya bakal menindak tegas perusahaan yang melanggar aturan terkait dengan praktik penambangan di sejumlah titik bencana tersebut.
“Saya pastikan kalau ada tambang atau IUP yang bekerja tidak sesuai dengan kaidah aturan yang berlaku, kita akan memberikan sanksi tegas,” kata Bahlil.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatra Utara sebelumnya menuding aktivitas tambang emas martabe milik Agincourt memperparah banjir di Sumut lantaran telah mengurangi tutupan hutan dan lahan sekitar 300 hektare (ha).
Selain itu, fasilitas pengolahan limbah tambang atau tailing management facility juga berada dekat sungai Aek Pahu yang mengaliri Desa Sumuran.
Organisasi lingkungan tersebut juga mencatat keluhan warga ihwal kualitas air yang menurun ketika musim hujan, usai beroperasinya Pit Ramba Joring pada 2017.
“Warga menyampaikan bahwa sejak beroperasinya PIT Ramba Joring, air sungai sering kali keruh saat musim hujan,” kata Direktur Eksekutif Walhi Sumut Rianda Purba, dalam keterangan tertulis, yang diterima Selasa (2/12/2025).
Bagaimanapun, manajemen PTAR mengklaim aktivitas tambang emas Martabe tak dapat dikaitkan dengan banjir yang terjadi di Sumatra Utara, sebab perusahaan beroperasi di daerah aliran sungai (DAS) Aek Pahu yang berbeda dengan titik banjir di DAS Garoga.
Dalam keterangan tertulisnya, PTAR menyatakan bencana banjir bandang diakibatkan ketidakmampuan sungai Garoga menampung laju aliran air.
Menurut perusahaan, hal tersebut dipicu penyumbatan material kayu gelondongan di jembatan Garoga I dan Anggoli I.
Efek sumbatan tersebut dinyatakan mencapai titik kritik pada 25 November sekitar pukul 10.00 waktu setempat, menyebabkan perubahan tiba-tiba pada alur sungai sehingga dua anak sungai Gargoa bergabung menjadi aliran baru yang menerjang desa Garoga.
“Temuan kami menunjukkan bahwa mengaitkan langsung operasional Tambang Emas Martabe dengan kejadian banjir bandang di Desa Garoga merupakan kesimpulan yang prematur dan tidak tepat,” kata manajemen PTAR dalam keterangan tertulis, Selasa (2/12/2025).
Manajemen menyatakan bahwa meskipun sungai Aek Pahu dan Garoga bertemu di hilir Desa Garoga, arusnya mengalir hingga pantai barat Sumatra.
Untuk itu, PTAR mengklaim aktivitas perusahaan di DAS Aek Pahu tidak berhubungan langsung dengan bencana di Garoga.
(azr/wdh)































