Logo Bloomberg Technoz

Pelaku pasar masih memasang mode wait and see, mencari petunjuk baru ke mana kira-kira kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) akan diarahkan. Perhatian investor kini tertuju kepada laporan terbaru dari Automatic Data Processing (ADP).

ADP melaporkan, sektor swasta AS pada November mengurangi 32.000 tenaga kerja. Lebih sedikit dibandingkan pengurangan pada Oktober yang direvisi menjadi 47.000.

“Rekrutmen sedang sulit karena dunia usaha mewaspadai konsumen yang sedang berhati-hati dan kondisi makro ekonomi yang tidak pasti,” sebut Nela Richardson, Kepala Ekonom ADP, dalam keterangan tertulis.

Situasi ketenagakerjaan yang lesu membuat pasar makin yakin bahwa bank sentral Federal Reserve bisa menurunkan suku bunga acuan dalam rapat 10 Desember mendatang. Mengutip CME FedWatch, peluang pemangkasan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,5-3,75% mencapai 89%.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi lebih menguntungkan saat suku bunga turun.

Akan tetapi, beberapa waktu lalu sejumlah pejabat teras The Fed menyuarakan kekhawatiran seputar inflasi. Jalan menuju target inflasi 2% masih panjang, tekanan masih terjadi.

Dinamika ini membuat pasar masih galau. Meski peluang pemangkasan suku bunga acuan cukup tinggi, tetapi sepertinya suara di Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) tidak akan bulat. Nada (tone) yang dikeluarkan The Fed bukan tidak mungkin mengarah ke hawkish.

Akibatnya, harga emas pun seakan terombang-ambing. Pergerakannya menjadi sangat tipis, akibat kegamangan di pasar.

(aji)

No more pages