“Kami akan play a part to support and contribute to local financial market. Tapi, tentunya saya tidak bisa bilang mau beli (saham) berapa, beli siapa, dan sebagainya,” kata Ali.

Dalam penjelasannya, Ali menyebut bahwa komposisi aset di pasar modal Indonesia masih terbatas, terutama karena instrumen yang tersedia didominasi obligasi pemerintah dan obligasi korporasi yang likuiditasnya rendah. Dengan kondisi tersebut, Danantara akan menerapkan seleksi ketat sebelum memutuskan pembelian aset.

Sebagian besar dana yang dikelola nantinya akan diarahkan ke instrumen yang dianggap matang, seperti surat utang negara dengan seri-seri yang memiliki tingkat likuiditas tinggi.

Untuk obligasi seri off-the-run, penilaian akan dilakukan berdasarkan besaran premi yang ditawarkan. Di sisi lain, Danantara tidak akan masuk ke saham yang memiliki karakteristik spekulatif atau dengan rasio price-to-earnings yang dinilai tidak sesuai dengan parameter internal perusahaan.

“Kalau dari saham, Danantara tidak akan masuk ke saham-saham gorengan atau saham yang price-to-earnings (P/E) ratio-nya luar biasa, sehingga kami assess dengan kriteria kami,” ujar Ali.

Terkait berbagai rumor yang terus muncul di pasar, Ali kembali menyampaikan bahwa perusahaan hanya akan memberikan informasi resmi apabila telah mencapai tahap nota kesepahaman atau kerja sama formal.

Selama belum ada MoU maupun joint venture agreement yang ditandatangani, Danantara tidak akan mengeluarkan pengumuman apa pun.

(dhf)