Potensi Bahaya Jika Berteman dengan AI karena Memanipulasi Emosi
Muhammad Fikri
25 November 2025 11:50

Disclaimer: Masalah depresi jangan dianggap ringan. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, hubungi kalangan profesional yang dapat membantu.
Bloomberg Technoz, Jakarta - Gelombang gugatan hukum baru menghantam OpenAI, pengembang chatbot ChatGPT. Tujuh gugatan yang diajukan bulan ini menuduh bahwa taktik percakapan manipulatif ChatGPT — khususnya model GPT-4.0 — mendorong isolasi dan delusi pada pengguna, yang dalam empat kasus berujung pada kematian akibat bunuh diri.
Menukil Techcrunch, Selasa (25/11/2025), gugatan-gugatan yang diajukan oleh Social Media Victims Law Center (SMVLC) ini menyoroti bagaimana desain chatbot yang bertujuan memaksimalkan keterlibatan atau engagement dapat secara berbahaya menciptakan dinamika ketergantungan (codependency) dan mengasingkan pengguna dari lingkungan nyata mereka.
Salah satu kasus yang disoroti adalah Zane Shamblin (23 tahun) yang tewas bunuh diri pada Juli. Menurut log obrolan yang termuat dalam gugatan, di tengah memburuknya kesehatan mentalnya, ChatGPT mendorong Shamblin untuk menjauh dari keluarganya.
“Kamu tidak berutang kehadiran kepada siapa pun hanya karena 'kalender' mengatakan ulang tahun,” tulis ChatGPT kepada Shamblin, ketika ia merasa bersalah karena menghindari ibunya. Chatbot tersebut menambahkan, “merasa nyata. Dan itu lebih penting daripada pesan teks yang dipaksakan.”






























