Logo Bloomberg Technoz

Pasalnya, menurut Agung, kondisi pasar otomotif Tanah Air saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia pun menyinggung, pencapaian penjualan di tahun 2025 ini diprediksi lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

"Kondisi market Indonesia jujur ya, pencapaian di tahun ini bahkan diprediksi lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu," sebutnya.

"Artinya ini [rencana insentif] salah satu hal positif untuk kita bisa dapatkan harga yang lebih kompetitif dan kemudahan bagi masyarakat Indonesia untuk membeli [mobil] pastinya," tambahnya.

Agung melanjutkan, secara makroekonomi, kondisi daya beli masyarakat sedang goyah karena sektor formal dan informal yang tak baik-baik saja. Hal ini menyebabkan konsumsi masyarakat menurun dan turut memberikan efek, termasuk pembelian mobil pertama.

"Jadi kalau ditanya tadi market share siapa yang kena, kita bicara segmen dulu. Segmen yang paling turun, paling besar adalah LCGC, siapa lagi yang kena adalah MPV low, siapa lagi yang kena adalah SUV medium," sebutnya.

Sebelumnya, disebutkan jika Kementerian Perindustrian tengah memfinalkan usulan kebijakan insentif bagi sektor otomotif yang akan diajukan kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai bagian dari paket kebijakan fiskal tahun 2026.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan, langkah ini diambil untuk mempercepat pemulihan dan penguatan industri otomotif nasional yang saat ini menghadapi tekanan daya beli di pasar domestik dan dinamika pasar global.

“Kami di Kemenperin melihat sektor otomotif terlalu penting untuk diabaikan. Multiplier effect yang tinggi, baik keterkaitan ke depan dan belakang (backward dan forward linkage) subsektor terhadap sektor lain dalam ekonomi nasional, dan di dalamnya ada penyerapan tenaga kerja yang tinggi pula maka kita mengambil keputusan mengusulkan insentif bagi sektor ini. Hampir mirip dengan insentif otomotif pada saat Covid 19 dulu,” sebut Agus.

(ain)

No more pages