Logo Bloomberg Technoz

Menurut Yannes hal ini penting untuk memperkuat struktur industri, menciptakan lapangan kerja berkeahlian tinggi, serta menjadikan mobil nasional menjadi simbol kepercayaan diri bangsa, bahwa Indonesia mampu bersaing di kancah global dengan produk yang dirancang dan diproduksi di dalam negeri.

“Jadi, mengembangkan mobil nasional bukan soal gengsi, melainkan langkah strategis kita menuju kemandirian teknologi dan transformasi industri nasional kita.” kata Yannes.

Meski begitu, Yannes mengatakan bahwa terdapat pekerjaan rumah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, terutama terkait dengan kesiapan pasar domestik dalam menerima mobil dalam negeri ini.

“Karena, untuk hal ini diperlukan mapping selera pasar dan segmentasi pasar mana yang akan jadi target pengembangan desain awal yang akan dibangun.” kata Yannes

“Jika orientasinya kepada pasar terbesar kita, misalnya middle-low class yang dominan di Indonesia, maka sangat penting untuk pendekatan berbasis data untuk desain awal, dengan preferensi kuat pada kendaraan praktis seperti MPV dan SUV kompak yang terjangkau, andal, dan hemat bahan bakar”

Namun, jika orientasi mobil nasional pada middle-low class, desain harus menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga urban-rural, seperti kapasitas 7-8 penumpang dan kemampuan off-road ringan

“Intinya, pemetaan selera dan segmentasi pasar lah yang menjadi  pekerjaan rumah krusial untuk penerimaan mobil nasional yang tidak hanya diterima secara simbolis, tetapi juga secara fungsional oleh masyarakat” katanya menambahkan.

Pengembangan Maung dan Ketergantungan Material

Terkait dengan Maung yang digadang-gadang menjadi calon mobil nasional, menurut Yannes sudah merupakan pilihan tepat. Menurutnya Maung, yang dikembangkan PT Pindad di bawah ekosistem DEFEND ID, telah memiliki legitimasi kuat, teruji di berbagai medan ekstrem, digunakan oleh TNI dan pejabat negara, serta memiliki nilai simbolik tinggi sebagai kendaraan kepresidenan (Maung MV3 Garuda Limousine)

“Platform modularnya (ICE, hybrid, EV) sehingga memungkinkan lokalisasi bertahap, dengan komponen seperti rangka, bodi, dan suspensi sudah bisa diproduksi lokal, sementara drivetrain dan ECU ditingkatkan melalui transfer teknologi inti.” kata Yannes.

Selanjutnya, menurut Yannes Maung idealnya mengembangkan varian  (2WD/4WD) pada segmen niaga terlebih dahulu, seperti membuat pikap/van Maung untuk pemerintah dan UMKM yang dapat menjamin permintaan stabil.

Meski begitu, menurut Yannes, pemerintah musti mendukung via subsidi dan insentif, sambil membangun TKDN hingga 70% dalam 3-5 tahun, sebelum ekspansi ke varian desain lainnya

Yannes juga menyebut jika sejauh ini, Indonesia masih bergantung signifikan pada sumber daya asing, terutama impor komponen kritis seperti baterai, motor listrik, ECU, transmisi, dan sistem elektronik, yang mencapai 40-60% dari total nilai produksi otomotif domestik

“Nah, jika proyek mobil nasional seperti Maung dipersiapkan secara terintegrasi dengan melibatkan kolaborasi yang solid lintas banyak kementerian dengan berfokus pada deregulasi masif untuk mengurangi ketergantungan tersebut secara bertahap melalui peningkatan TKDN hingga 70-80% dalam 3-5 tahun, dengan fokus pada lokalisasi rangka, bodi, suspensi, dan interior, serta transfer teknologi inti dari berbagai mitra industri internasional untuk komponen-komponen penting bernilai tambah besar agar industri parts lokal kita bisa tumbuh berkembang.” katanya

Menurut Yannes, strategi ini akan memperkuat kedaulatan ekonomi, menciptakan lapangan kerja yang cukup besar, dan kelak dapat mendukung ekspor produk bernilai tambah tinggi, asal didukung insentif fiskal dan kolaborasi lintas sektor untuk membangun ekosistem industri dalam negeri yang mandiri.

(ell)

No more pages