Logo Bloomberg Technoz

Dr. Frieda menjelaskan, osteoporosis anak terbagi dua jenis: primer dan sekunder. Osteoporosis primer biasanya bawaan lahir akibat kelainan genetik, seperti pada osteogenesis imperfecta (OI) — kondisi tulang sangat rapuh dan mudah patah bahkan tanpa benturan keras. 

“OI ini salah satu yang paling sering. Ada anak yang bisa patah hanya karena tengkurap atau bergerak sedikit. Bahkan dalam kandungan pun bisa patah spontan,” ungkapnya.

Di Divisi Endokrin Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, tim Dr. Frieda saat ini merawat lebih dari 200 anak dengan osteogenesis imperfecta, jumlah yang meningkat signifikan dibanding lima tahun lalu. 

Menurutnya, pasien OI memiliki ciri khas seperti tulang bengkok, gigi transparan, dan struktur kepala yang menonjol. “OI ini bukan hanya masalah tulang, tapi juga kualitas hidup anak dan keluarga,” ujarnya.

Sementara itu, osteoporosis sekunder pada anak biasanya muncul akibat penyakit lain atau pengobatan jangka panjang. “Misalnya anak dengan leukemia, lupus (SLE), penyakit ginjal, atau yang sering mendapat steroid. Steroid memang dibutuhkan untuk terapi, tapi penggunaannya lama-lama bisa membuat tulang rapuh,” kata Dr. Frieda. 

Ia mencontohkan, penggunaan prednison dosis kecil selama 90 hari saja bisa meningkatkan risiko patah tulang belakang hingga 18 kali lipat pada orang dewasa, apalagi pada anak.

Selain penyakit dan obat, gangguan hormonal juga dapat menjadi pemicu. Anak dengan pubertas terlambat, seperti pada sindrom Turner atau Klinefelter, berisiko lebih tinggi mengalami pengeroposan tulang. 

“Estrogen dan testosteron adalah antiosteoporosis paling kuat. Kalau hormon ini kurang, pembentukan tulang pun terganggu,” jelasnya.

Dr. Frieda juga menyoroti meningkatnya kasus rakhitis akibat kekurangan vitamin D dan kalsium, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. 

“Kita sering berpikir Indonesia kaya sinar matahari, tapi faktanya banyak anak justru kurang terpapar. Anak sekolah banyak di dalam ruangan, naik kendaraan tertutup, jarang kena matahari langsung. Akibatnya tulangnya lembek dan kakinya melengkung,” ujarnya.

Ia mengimbau agar orang tua lebih waspada terhadap tanda-tanda awal gangguan tulang pada anak, seperti tubuh pendek, kaki atau lengan bengkok, dan nyeri punggung tanpa sebab jelas. 

“Osteoporosis bukan hanya penyakit orang tua. Kalau terdeteksi dini, anak bisa mendapat terapi yang tepat agar tetap tumbuh optimal,” pungkas Dr. Frieda.

(dec/spt)

No more pages