Perang dagang global yang dikobarkan Trump, sejauh ini gagal mengganggu ekonomi Asia Tenggara, meskipun mereka menghadapi tarif tertinggi. Pertumbuhan Vietnam sebesar 8,23% merupakan yang tercepat sejak 2022, karena pabrik-pabrik bekerja keras mengirim barang ke AS sebelum tarif diberlakukan pada awal Agustus. Meskipun pertumbuhan kuartal ketiga Singapura melambat menjadi 2,9% dibandingkan tahun lalu, angka tersebut masih melebihi perkiraan analis.
Filipina, Thailand, dan Indonesia akan mengumumkan angka kuartal ketiga mereka bulan depan.
Data perdagangan Malaysia untuk September memberikan gambaran dampak yang terbatas dari tarif 19% terhadap pengiriman ke AS. Ekspor tumbuh 12,2%, melampaui perkiraan tertinggi dalam survei Bloomberg, sementara impor rebound sebesar 7,3%, membawa surplus perdagangan menjadi 19,86 miliar ringgit (US$4,7 miliar), menurut data yang juga dirilis pada Jumat. Pertumbuhan ekspor pada September tercatat di semua sektor, menurut Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia.
Data PDB terbaru Malaysia menempatkan negara ini berada di jalur mencapai target resmi pertumbuhan 4% hingga 4,8% tahun ini. Negara ini mengandalkan permintaan domestik yang tangguh sebagai bantalan saat tarif Trump mengancam ekspor. Pertumbuhan diperkirakan akan melambat tahun depan menjadi kisaran 4% hingga 4,5% akibat volatilitas eksternal, menurut pemerintah.
Ekspor ke AS melonjak 24,4% pada September berkat ekspor produk listrik dan elektronik yang kuat, kata Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri. Pengiriman ke China meningkat 2,9%.
Dalam hal aktivitas ekonomi secara umum, sektor pertambangan dan penggalian melonjak 10,9% pada kuartal ketiga, setelah mengalami kontraksi 5,2% pada periode April-Juni, menurut departemen statistik. Hal ini terutama didorong oleh peningkatan produksi gas alam, minyak mentah, dan kondensat.
Pertumbuhan manufaktur naik 4%, dari 3,7% pada tiga bulan sebelumnya, didorong oleh produk listrik, elektronik, dan optik serta minyak dan lemak nabati dan hewani serta pengolahan makanan, kata lembaga pemerintah tersebut.
Sektor konstruksi terus melambat, tumbuh 11,2% pada kuartal ketiga, sementara sektor jasa tumbuh 5,1%, sejalan dengan laju kuartal sebelumnya.
Bank sentral memotong suku bunga sebesar 0,25% pada Juli untuk mendukung perekonomian secara proaktif, dengan peringatan bahwa “keseimbangan risiko terhadap prospek pertumbuhan tetap condong ke arah penurunan.” Bank sentral juga menyalurkan dana tambahan ke sistem perbankan untuk mendorong pinjaman dan membantu meningkatkan aktivitas ekonomi.
Penurunan biaya pinjaman dan bantuan tunai sekali waktu sebesar 100 ringgit dari pemerintah berperan mendukung dalam merangsang konsumsi domestik, menurut Uzir.
(bbn)






























