Trump menggambarkan kesepakatan itu sebagai pencapaian bersejarah yang akan membuka era baru stabilitas dan kemakmuran. Namun, kesepakatan ini masih akan diuji dalam beberapa hari dan minggu ke depan, mengingat kedua pihak masih berusaha pulih dari perang dan luka akibat konflik yang panjang. Ketegangan internal juga masih terlihat di Israel, di mana dua anggota parlemen sayap kiri dikeluarkan dari ruang sidang karena berunjuk rasa selama pidato Trump.
Dalam pidatonya, Trump menekankan pentingnya kerja sama antara negara-negara yang selama ini berseteru.
“Di seluruh Timur Tengah, kekuatan kekacauan, teror, dan kehancuran yang telah melanda kawasan ini selama puluhan tahun kini berdiri lemah, terisolasi, dan benar-benar dikalahkan,” ujarnya. “Sebuah koalisi baru yang terdiri dari bangsa-bangsa yang bangga dan bertanggung jawab kini sedang muncul.”
Trump juga secara khusus menyinggung Iran, menyatakan bahwa akan menjadi hal yang “luar biasa” jika perdamaian antara Israel dan Republik Islam Iran bisa terwujud.
“Apakah kalian akan senang dengan itu? Bukankah itu akan menjadi hal yang indah?” katanya dengan nada retoris. “Saya pikir kesepakatan itu akan mudah dicapai.”
Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, Hamas pada Senin membebaskan 20 sandera terakhir yang masih hidup dari serangan 7 Oktober. Kelompok tersebut juga berjanji akan menyerahkan jenazah puluhan sandera yang tewas dalam penahanan. Sebagai gantinya, Israel menarik pasukan militernya ke garis yang disepakati dan membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina.
Terobosan diplomatik ini merupakan hasil dari upaya intensif yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan dukungan mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki. Pidato Trump di Knesset disampaikan dua minggu setelah ia meluncurkan rencana perdamaian secara resmi bersama Netanyahu di Gedung Putih.
Netanyahu, yang berbicara sebelum Trump, menyebut kesepakatan ini sebagai langkah besar menuju perluasan perdamaian di kawasan. “Anda berkomitmen pada perdamaian ini. Saya juga berkomitmen pada perdamaian ini. Dan bersama, Tuan Presiden, kita akan mewujudkannya,” ujar Netanyahu.
'Mencapai Hal yang Mustahil'
Bagi Trump, kesepakatan ini — jika berhasil bertahan — berpotensi menjadi pencapaian besar dalam kebijakan luar negerinya, di tengah kegagalannya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina di masa jabatan keduanya. Trump memanfaatkan momen ini untuk memperkuat citranya sebagai “presiden perdamaian” sekaligus menegaskan reputasinya sebagai negosiator ulung.
Netanyahu bahkan mengumumkan pencalonan Trump untuk menerima Israel Prize, penghargaan budaya tertinggi di negara tersebut. “Mengenai penghargaan lainnya (Nobel Perdamaian), itu hanya masalah waktu. Tapi saya ingin Anda menerima Israel Prize, penghargaan tertinggi kami untuk sahabat terbesar kami,” kata Netanyahu.
Trump juga menyatakan keinginannya menggunakan momentum kesepakatan ini untuk memperluas Abraham Accords, serangkaian perjanjian normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab yang dirintis pada masa jabatan pertamanya.
“Setelah bertahun-tahun perang dan bahaya tanpa henti, hari ini langit menjadi tenang, senjata terdiam, sirene berhenti, dan matahari terbit di tanah suci yang akhirnya merasakan kedamaian,” ujar Trump.
Namun, sejumlah tantangan masih membayangi. Hamas belum sepenuhnya menyetujui syarat utama kesepakatan yang menuntut mereka melucuti senjata dan melepaskan peran dalam pemerintahan Gaza ke depan — poin penting yang menjadi tuntutan Israel.
Pertanyaan juga muncul terkait pelaksanaan tahap selanjutnya dari rencana perdamaian, termasuk pembentukan pasukan stabilisasi di Gaza serta jadwal penarikan penuh pasukan Israel. Rekonstruksi Gaza menjadi tantangan besar lainnya, mengingat sebagian besar wilayahnya hancur dan jutaan penduduknya masih mengungsi.
Perang ini bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menculik 250 orang. Sejak saat itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 67.000 warga Palestina tewas akibat serangan balasan Israel.
Operasi militer besar-besaran Israel memicu kecaman dunia internasional. Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh badan PBB menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, sementara sejumlah negara Barat — termasuk Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal — telah mengakui Palestina sebagai negara dan menekan Israel untuk mengakhiri krisis kemanusiaan.
Kesepakatan gencatan senjata ini akhirnya difinalisasi setelah serangkaian negosiasi intensif di Sharm el-Sheikh. Menantu Trump, Jared Kushner, dan utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, berperan penting dalam perundingan tersebut.
(bbn)



























