Utang perseoran tercatat juga melambung dari Rp 685 miliar di 2024 menjadi Rp 1,93 triliun di 2025 sampai September 2025.
Dari sisi neraca, total aset IFG Life tercatat Rp33,91 triliun sedikit menurun dari Rp34,77 triliun. Cadangan teknis turun dari Rp 29,8 triliun menjadi Rp 27 triliun
Meskipun rasio solvabilitas (RBC) masih jauh di atas batas ketentuan OJK (214,97% vs ambang 120%), tren laba yang menurun dan munculnya rugi setelah pajak memperlihatkan tekanan serius pada kinerja keuangan inti perusahaan.
Tekanan ini sekaligus mencerminkan tantangan struktural pasca restrukturisasi portofolio eks-Jiwasraya. Dalam jangka menengah, IFG Life perlu memperkuat hasil investasi dan efisiensi operasional agar mampu menutup potensi mismatch antara pendapatan premi dan beban klaim yang terus meningkat.
Corporate Secretary IFG Life Gatot Haryadi telah memberikan tanggapan terkait laporan keuangan IFG Life. Menurutnya, IFG Life menunjukkan berbagai capaian positif, termasuk pertumbuhan premi konsolidasi menjadi Rp3,74 triliun atau naik Rp165 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Rasio kecukupan modal (RBC) IFG Life juga tercatat mencapai 214,97%, jauh di atas ketentuan minimum Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 120%,” katanya.
Sebagai perusahaan asuransi jiwa dan kesehatan yang terus berkembang, IFG Life senantiasa menjalankan bisnis secara prudent, transparan, dan sesuai prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
“Capaian ini mencerminkan fundamental bisnis yang kuat serta komitmen IFG Life untuk terus bertumbuh secara berkelanjutan dan menjalankan mandat Protecting Life's Progress demi kepentingan pemegang polis dan seluruh pemangku kepentingan,” tutup Gatot.
*Catatan Update : Redaksi melakukan update pada artikel ini dengan mengubah judul, memodifikasi isi dan memasukkan tanggapan manajemen IFG Life melalui Corporate Secretary.
(red)































