Pelemahan tersebut terutama dipicu oleh ekspektasi bahwa pasokan akan melampaui permintaan, seiring OPEC+ mulai melonggarkan pembatasan produksi dan produsen lain turut meningkatkan output.
Kendati demikian, aktivitas penimbunan minyak oleh China memberi sedikit dukungan pada pasar, dengan peningkatan stok lebih banyak terjadi di luar pusat-pusat harga utama dunia.
“Sebagian klien lain memperkirakan koreksi harga yang lebih moderat dan terukur, dengan argumen bahwa akumulasi stok bisa terus terjadi di luar hub harga utama, khususnya di luar Cushing,” tulis para analis, merujuk pada pusat penyimpanan minyak di Oklahoma yang menjadi titik pengiriman fisik untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI).
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akhir pekan lalu menyetujui kenaikan kuota produksi, meski jumlah tambahan sebesar 137.000 barel per hari untuk produksi November itu lebih kecil dari yang diperkirakan sebelumnya.
“Pertumbuhan produksi non-OPEC+ yang kini lebih lambat, fleksibilitas OPEC+ yang lebih besar, serta meningkatnya risiko geopolitik di negara produsen utama seperti Rusia dan Iran, bisa memperlambat laju penyesuaian harga,” kata Citigroup.
Kontrak berjangka Brent, yang sempat anjlok 8% pekan lalu menjelang keputusan OPEC+, diperdagangkan sedikit lebih rendah di kisaran US$65,80 per barel pada Kamis.
“Di dalam kompleks energi, konsensus memperkirakan fundamental akan makin bearish baik untuk minyak mentah maupun gas alam, namun risiko geopolitik membuat pelaku pasar enggan mengambil posisi jual besar-besaran,” tulis para analis Citigroup.
(bbn)


































