Angka itu sekitar 6% lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya, namun sedikit lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Amerika Serikat pada Agustus memberlakukan tarif penalti 50% terhadap impor produk India sebagai upaya menekan New Delhi agar mengurangi ketergantungannya pada minyak Rusia.
Namun, Washington sejauh ini belum mengambil langkah serupa terhadap China, pembeli besar lainnya.
Sebagai tanggapan, India menegaskan bahwa keputusan pembelian didorong oleh faktor harga dan akan tetap dilanjutkan, meskipun negara itu juga memberi sinyal ingin membeli lebih banyak energi dari AS di tengah pembicaraan bilateral yang sedang berlangsung.
Kendati demikian, masih belum jelas apakah kilang-kilang India akan terus memaksimalkan pembelian minyak Rusia dengan harga diskon di tengah negosiasi dengan AS, kata sumber tersebut.
Bulan lalu, pejabat New Delhi menyebut pertemuan dengan Washington berlangsung “konstruktif”, meski AS mendesak India untuk menghentikan pembelian minyak Rusia.
Sementara itu, perusahaan kilang milik negara India telah memulai pembicaraan dengan perusahaan minyak nasional di Timur Tengah dan Afrika untuk kesepakatan pasokan jangka panjang tahun 2026, kata sumber itu.
Sejumlah kilang disebut mencari kontrak dengan pemasok yang mampu memberikan fleksibilitas volume, termasuk opsi bagi pembeli untuk menjual kembali atau mengoptimalkan kargo apabila impor dari Rusia kembali menarik.
Juru bicara Indian Oil Corp., Bharat Petroleum Corp., dan Hindustan Petroleum Corp. belum menanggapi permintaan komentar yang dikirim melalui email.
(bbn)

































