Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, dolar AS melemah terhadap semua mata uang utama tahun ini setelah ketidakpastian akibat Presiden Donald Trump membuatnya mengalami penurunan terbesar sejak 1970-an, tak lama setelah AS meninggalkan standar emas. 

Dalio memandang emas sebagai penyimpan nilai yang kuat di tengah bengkaknya beban utang pemerintah, ketegangan geopolitik, dan erosi kepercayaan terhadap stabilitas mata uang nasional.

Ia menekankan bahwa kebangkitan emas mencerminkan awal tahun 1970-an, saat harga emas juga melesat bersamaan dengan saham.

Ia mengutarakan keraguannya atas skala kenaikan pasar saham baru-baru ini, yang telah memicu kekhawatiran akan gelembung kecerdasan buatan (AI) seiring valuasinya melonjak.

"Ini merupakan sesuatu yang terasa berlebihan bagi saya," beber Dalio.

Harga emas melonjak tahun ini, dolar AS melemah. (Bloomberg)

Dalio menjelaskan spekulasi seputar AI memiliki ciri-ciri gelembung dan menarik paralel dengan ledakan inovasi di masa lalu, dari akhir 1920-an, saat aktivitas paten dan terobosan teknologi memicu kelebihan spekulatif, hingga era dot-com pada akhir 1990-an.

Namun, ia tetap melihat peluang untuk memanfaatkan manfaat AI, baik melalui perusahaan yang akan menggunakannya untuk menghasilkan efisiensi besar maupun yang akan menyediakan platform untuk teknologi tersebut. Dia juga akan berhati-hati dalam menjual saham perusahaan teknologi berkapitalisasi besar meski ia ragu dengan valuasinya.

"Saya tidak ingin menjual saham perusahaan-perusahaan berskala super," ujarnya.

Secara internasional, Dalio mengaku ia masih menyukai China. Namun, ia mengungkap "ada dana yang lebih besar” yang ia investasikan di AS.

"Saya pikir keduanya memiliki tantangan dan manfaatnya masing-masing," katanya. "Jika saya melihat China, biayanya relatif murah—tetapi, pada saat yang sama, arus modal dan masalah lain juga membuatnya menjadi masalah."

(bbn)

No more pages