Senada, saham energi juga melesat hingga mendukung penguatan IHSG, saham PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) melejit 24,7%, saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) melesat dengan kenaikan 24,7% dan saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menguat 9,51%.
Saham–saham unggulan LQ45 yang juga melesat pada teritori positif antara lain, saham PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) menguat 11,1%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terbang 5,61%. Saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terbang 5,16%, dan juga saham PT Indosat Tbk (ISAT) melejit 4,86%.
Menyusul rekan–rekan, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) melesat 3,51%, saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) terapresiasi 2,04%. Senada, saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menguat 1,76%, dan saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) meninggi 1,44%.
Adapun Bursa Asia juga didominasi zona hijau. Indeks TAIEX Taiwan melesat 1,68%, SETI Thailand melejit 1,52%, PSEi - Philippine menguat 1,39%, FTSE Straits Times Singapura terbang 1,14%, SENSEX India menguat 0,14%, TOPIX Jepang terapresiasi 0,06%, dan NIKKEI 225 Jepang hijau 0,01%.
Penguatan IHSG sejalan dengan solidnya mata uang Indonesia rupiah hari ini, Selasa (7/10/2025), di pasar spot ditutup di level Rp16.540/US$ pada penutupan perdagangan.
Keberhasilan rupiah yang menguat pada penutupan perdagangan tersengat sentimen optimisme Bank Dunia atau World Bank yang merevisi lebih positif proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,8%. dari semula 4,7%.
Pada laporan Bank Dunia April 2025, ekonomi Indonesia diestimasikan hanya tumbuh 4,7%. Namun, dalam laporan terbaru yang dirilis 7 Oktober 2025, Bank Dunia merevisi naik proyeksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia menjadi 4,8%.
Sentimen selanjutnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan uang primer (M0) disesuaikan pada September 2025 tercatat sebesar Rp2.152,4 triliun atau tumbuh 18,6% secara tahunan (year–on–year/yoy). Lebih tinggi dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya yang hanya 7,3% yoy.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan giro bank umum disesuaikan di Bank Indonesia yang sebesar 37% yoy dan uang kartal yang diedarkan sebesar 13,5% yoy.
“Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M0 Adjusted telah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted),” papar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam Keterangan Resmi, Selasa.
Pagi tadi, Bank Indonesia juga merilis data cadangan devisa Indonesia per bulan September 2025 yang hasilnya ada penurunan menjadi US$148,7 miliar dari sebelumnya US$150,7 miliar pada Agustus 2025. Ini merupakan level terendah sejak Juli 2024, di mana penurunan ini disebabkan oleh adanya pembayaran utang valuta asing oleh pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah depresiasi rupiah.
Namun, cadangan devisa saat ini masih mampu membiayai 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang, di atas standar internasional yang sebesar 3 bulan impor.
MNC Sekuritas dalam Flash Notes–nya menyebut, cadangan devisa Indonesia yang turun 1,3% mtm mencerminkan tekanan terhadap rupiah yang melemah 1,06% month–to–date pada September, seiring meningkatnya kebutuhan valuta asing untuk pembayaran utang luar negeri dan intervensi stabilisasi oleh BI.
“Fundamental eksternal Indonesia tetap solid, didukung oleh surplus perdagangan Agustus US$5,49 miliar, arus masuk Foreign Direct Investment, serta prospek tambahan devisa dari penerbitan global bonds pada kuartal IV–2025,” jelas MNC.
(fad)





























