Milla menuturkan pada periode pengujian Agustus—September tahun ini, hasil uji di laboratorium Lemigas tersebut menunjukkan semua produk BBM Pertamina olahan KPI telah memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Hasil pengujian ini membuktikan kalau proses pengolahan di KPI tetap optimal dan menghasilkan produk energi yang sesuai dengan standar nasional," tegasnya.
Tidak hanya melakukan pengujian silang produk di Lemigas secara periodik, lanjut Milla, KPI turut memastikan kualitas produknya juga dilakukan di internal dengan melakukan verifikasi rutin di laboratorium tiap unit operasi.
Menurutnya, sertifikasi laboratorium ini sekaligus menjadi jaminan kalau semua produk yang dihasilkan KPI telah melalui proses pengujian yang ketat, berlapis, aman dan berkualitas.
Setiap laboratorium di unit operasi KPI didukung dengan laboratorium penguji dan kalibrasi yang terakreditasi SNI ISO/IEC 17025:2017 tentang Persyaratan Umum untuk Kompetensi Laboratorium Penguji dan Kalibrasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
"Audit SNI ISO/IEC 17025:2017 dilakukan untuk memverifikasi secara menyeluruh kompetensi personel, validitas metode pengujian, ketertelusuran pengukuran dan akurasi serta kalibrasi seluruh peralatan laboratorium, sehingga produk yang sampai ke konsumen adalah yang terbaik, sesuai dengan spesifikasi," jelas Milla.
"Pengendalian kualitas produk BBM adalah fokus utama KPI. Karena itulah kami melakukan rangkaian pengujian, baik secara internal maupun melakukan uji silang dengan lembaga independen seperti Lemigas. Kami memastikan produk yang kami hasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan."
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga (PPN) angkat bicara soal polemik yang belakangan muncul terkait dengan campuran etanol dalam BBM dasaran atau base fuel di tengah masyarakat.
Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun mengatakan campuran etanol itu hal yang biasa dalam bisnis BBM.
oberth menerangkan kandungan etanol dalam base fuel itu juga diterapkan di sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, hingga Thailand.
“Penggunaan BBM dengan campuran etanol hingga 10% telah menjadi best practice di banyak negara seperti di Amerika, Brasil, bahkan negara tetangga seperti Thailand,” kata Roberth seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (2/10/2025).
Selain itu, Roberth menambahkan, campuran etanol itu juga belakangan diadopsi sebagian negara untuk mendukung program pengurangan emisi karbon.
“Bagian dari upaya mendorong energi yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung pengurangan emisi karbon,” kata Roberth.
Di sisi lain, Roberth menekankan pentingnya ruang negosiasi yang saling menghormati terkait dengan pengadaan base fuel tersebut dengan operator jaringan SPBU swasta.
“Kami memastikan seluruh produk BBM yang disalurkan sesuai dengan spesifikasi resmi pemerintah serta mekanisme pengadaan yang berlaku,” tuturnya.
(prc/wdh)

































