Roro menekankan Indonesia harus terus menempatkan diri sebagai bagian dari ekosistem perdagangan global.
“Hal ini [berbagai kesepakatan dagang yang sudah ditandatangani] memberikan sinyal yang sangat baik, menurut saya, bagi para pelaku usaha di Indonesia, untuk memahami bahwa ada banyak pasar di seluruh dunia.” ujarnya.
Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia memang telah menandatangani berbagai perjanjian dagang. Terakhir, Indonesia baru saja melakukan penandatanganan perjanjian dagang dengan Kanada, Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-Canada CEPA) pekan lalu.
Pascapenandatanganan ICA CEPA, lebih dari 90% atau sekitar 6.573 pos tarif Indonesia mendapat preferensi di pasar Kanada. Produk-produk potensial Indonesia seperti tekstil, alas kaki, furnitur, makanan olahan, elektronik ringan dan elektronik otomotif hingga sarang burung walet diprediksikan akan semakin kompetitif.
Bahkan, beberapa produk akan langsung menikmati tarif 0% saat perjanjian sudah berlaku (entry into force), misalnya makanan olahan, hasil laut, produk kerajinan berbahan serat alam, peralatan rumah tangga, serta granit dan marmer.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebut, Indonesia akan melakukan ekspansi pasar dagang strategis serta perluasan pasar baru yang menjanjikan ke kawasan nontradisional, termasuk ke negara- negara yang berada di Benua Afrika.
"Ini kita mulai dan juga nanti kita akan segera ke [benua] Afrika. Kemarin sudah ketemu dengan delegasi di Afrika Selatan dan mereka bersedia. Jadi tahun depan mudah-mudahan bisa kita mulai perjanjian Indonesia dengan Afrika Selatan," katanya saat ditemui di Kementerian Perdagangan, Senin (29/9/2025).
Budi menekankan, perjanjian dagang Indonesia dengan Afrika Selatan tersebut menjadi langkah konkret untuk mengajak negara di Benua Afrika lainnya untuk melakukan kerja sama.
"Ini untuk memancing supaya negara-negara Afrika yang lainnya itu bisa melakukan perjanjian dengan kita," tambahnya.
Budi menyebut, Indonesia dan negara-negara di Benua Afrika sebenarnya sudah lama memulai perjanjian dagang. Namun, belum terealisasi karena negara-negara di Afrika ini menginginkan perjanjian per kawasan.
(ell)






























