Akses Jauh
Terkait dengan hal itu, Ingrid juga mengeluhkan bahwa BBM dasaran yang disediakan Pertamina dapat diakses di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Sementara itu, terminal BBM yang dimiliki Shell terdapat di Gresik, Jawa Timur.
Dengan begitu, Shell juga kesusahan untuk mendistribusikan BBM tersebut ke terminal BBM di Gresik untuk bisa disalurkan ke SPBU yang berada di Jawa Timur.
“Nah itu kalaupun kita membeli dari Patra, ini yang di Gresik ini, Jawa Timur dan sekitarnya itu kita tidak bisa suplai. Begitu. Nah itu juga kompleksitas berikutnya Pak. Jadi itu yang kami maksudkan tadi dengan aspek operasional. Dan tentunya juga secara komersial ini kan akan ada dampaknya Pak,” tegas dia.
Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura menyatakan perseroan juga menjual BBM jenis bensin dengan RON 95. “BP kami ada [bensin dengan RON] 95 Pak,” ungkap dia.
Sebelumnya, dalam kesempatan yang sama, Pertamina Patra Niaga mengungkapkan PT Vivo Energi Indonesia batal membeli base fuel sebanyak 40.000 barel yang telah telanjur diimpor oleh PPN, sebab terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut.
Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar mengungkapkan, hingga Jumat (26/9/2025), sudah terdapat dua operator SPBU swasta yang sebenarnya berminat membeli base fuel yang telah diimpor perseroan, yakni Vivo dan BP-AKR.
Dalam perkembangannya, setelah melakukan negosiasi secara bisnis ke bisnis atau business to business (B2B), BP-AKR dan Vivo membatalkan untuk melanjutkan pembelian BBM tersebut sebab setelah dilakukan pengecekan terdapat kandungan etanol sebesar 3,5% dalam base fuel tersebut.
“Isu yang disampaikan kepada rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten. Kontennya itu ada kandungan etanol. Nah, di mana secara regulasi itu diperkenankan. Etanol itu sampai jumlah tertentu. Kalau tidak salah sampai 20% etanol,” ucap Achmad dalam rapat yang sama.
“Nah, sedangkan ada etanol 3,5%. Nah, ini yang membuat kondisi teman-teman SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Di mana konten itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” lanjut Achmad.
Lebih lanjut, Achmad menyatakan dalam waktu dekat ini akan terdapat kargo BBM kedua yang tiba di Tanah Air dan diharapkan memiliki spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing operator SPBU swasta.
Dalam kaitan itu, Achmad mengungkapkan bahwa operator SPBU swasta membutuhkan total 1,2 juta barel base fuel dengan RON 92 dan 278.000 barel base fuel dengan RON 98.
Impor Kedua
Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman mengungkapkan mengungkapkan impor kargo BBM dasaran tahap dua yang dilakukan Pertamina untuk memasok operator SPBU swasta akan tiba di Tanah Air hari ini, Kamis (2/10/2025).
“Kargo kedua itu insyallah besok [hari ini, red] sudah tiba di pelabuhan, jadi besok sudah ada dua kargo dan ini kami terus mengupayakan agar SPBU swasta dapat melakukan negosiasi-negosiasi lanjut,” kata Laode Sulaeman, dalam rapat yang sama kemarin.
Bagaimanapun, dia tidak menyebutkan berapa volume BBM dasaran yang akan dibawa Pertamina ke Tanah Air dalam kargo tahap kedua tersebut.
Sekadar catatan, lima BU hilir migas swasta yang beroperasi di Indonesia dan terlibat dalam rapat pembahasan koordinasi BBM dengan Kementerian ESDM akhir-akhir ini a.l. Shell Indonesia (Shell), PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR), Vivo, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Mobil), dan PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA).
(azr/wdh)































