Menurut BPOM, sekitar 17% kasus sudah dikonfirmasi lab dan melibatkan bakteri seperti Staphylococcus, Salmonella, sampai senyawa kimia kayak histamin. Sisanya belum pasti, tapi diduga masih dari penyebab yang sama.
Mereka juga menyoroti masalah penyimpanan makanan lebih dari 4 jam dan kontaminasi silang sebagai pemicu utama.
“Kejadian ini menjadi pembelajaran penting. Prinsip kami jelas, pangan yang tidak aman tidak boleh beredar,” tegas Taruna.
BPOM telah melakukan rekomendasi ke BGN untuk menutup fasilitas-fasilitas yang bermasalah dan minta agar semua tahap produksi makanan dievaluasi total.
Sebaran wilayah paling tinggi tercatat di Jawa Barat sebanyak 25 kasus, diikuti Sumatera Selatan dan Jawa Tengah masing-masing 8 kasus. Yogyakarta, Lampung, dan Jawa Timur masing-masing mencatat 6 kasus, Nusa Tenggara Timur 5 kasus, dan Nusa Tenggara Barat 4 kasus.
(dec/spt)

































