Logo Bloomberg Technoz

Di sisi lain, biaya yang timbul juga berpotensi meningkat jika BBM tanpa campuran aditif dan pewarna tersebut tidak kunjung dibeli oleh operator SPBU swasta selain Vivo dalam jangka panjang, sebab terdapat biaya penyimpanan yang harus ditanggung Pertamina.

Fahmy juga telah memprediksi bahwa BBM yang dibeli oleh Pertamina akan memiliki harga yang lebih tinggi, sebab impor dilakukan secara mendadak dan harus datang dalam waktu cepat.

“Apakah Pertamina rugi atau tidak? Menurut saya, ya sudah rugi karena itu menyebabkan konsekuensi biaya. Biaya transportnya akan membengkak juga. Kemudian, biaya logistik seperti penyimpanan dan itu cukup besar biaya untuk logistik tadi,”

Untuk diketahui, PT Pertamina Patra Niaga (PPN) melaporkan hingga kini badan usaha (BU) hilir migas swasta, selain PT Vivo Energy Indonesia, tidak kunjung menyepakati pembelian atas tawaran base fuel yang disediakan oleh perseroan untuk menambal kekosongan stok BBM di SPBU swasta.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun mengatakan, jika tidak juga terserap, bahan bakar minyak dasaran tersebut akan dipakai sendiri oleh perusahaan pelat merah tersebut.

Dalam kaitan itu, Roberth menyampaikan saat ini baru SPBU Vivo yang sepakat membeli base fuel dari Pertamina, dengan volume sebanyak 40.000 barel dari total 100.000 barel kargo impor tahap pertama yang ditawarkan oleh Patra Niaga.

Dengan demikian, masih terdapat sisa base fuel impor tahap pertama sebanyak 60.000 barel. 

“Belum ada selain Vivo, yang lain belum ada action,” kata Roberth saat dimintai konfirmasi, Selasa (30/9/2025).

“[SPBU swasta] yang lain sampai saat ini belum ada yang komit mengambil [base fuel], kargo sudah sesuai permintaan kesepakatan [base fuel dan sesuai spesifikasi Ditjen Migas],” tambah Roberth. 

Sekadar catatan, lima BU hilir migas swasta yang beroperasi di Indonesia dan terlibat dalam rapat pembahasan koordinasi BBM dengan Kementerian ESDM akhir-akhir ini a.l. Shell Indonesia (Shell), PT Aneka Petroindo Raya (BP-AKR), Vivo, PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (Mobil), dan PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA).

Suasana sepi SPBU saat stok BBM kosong di SPBU Shell Arteri Pondok Indah, Jakarta, Kamis (18/9/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Dalam perkembangannya, President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengaku masih melanjutkan negosiasi business to business (B2B) dengan Pertamina terkait dengan kesepakatan pembelian BBM dasaran atau base fuel untuk menambal pasokan bensin di SPBU swasta tersebut.

Ingrid mengatakan perseroan masih terus mengupayakan agar ketersediaan bensin di jaringan SPBU Shell dapat sesegera mungkin dipenuhi dengan standar keselamatan operasional.

“Pembahasan B2B [dengan Pertamina] terkait dengan pasokan impor base fuel sedang berlangsung,” ujarnya melalui keterangan tertulis kepada Bloomberg Technoz, Selasa (30/9/2025).  

Sebelumnya, padahal, Kementerian ESDM mengklaim sudah terdapat empat dari lima operator SPBU yang telah menyatakan setuju untuk membeli base fuel dari Pertamina.

Juru bicara Kementerian ESDM Dwi Anggia menjelaskan pemerintah tidak akan ikut campur dalam proses negosiasi antara Pertamina dengan BU hilir migas swasta.

“Prinsipnya menjembatani kebutuhannya badan usaha swasta dengan duduk bersama dengan Pertamina. Setelah itu pemerintah enggak bisa ikut campur untuk mekanisme mereka dipaksa untuk B2B segera,” ucap Anggia, Jumat (26/9/2025).

Namun, dalam perkembangannya, Pertamina Patra Niaga mengungkapkan ternyata baru SPBU Vivo yang sudah sepakat membeli base fuel tahap pertama dari Pertamina sebanyak 40.000 barel. 

Adapun, janji Bahlil bahwa stok BBM di SPBU swasta kembali tersedia pekan lalu resmi meleset. Sejumlah operator SPBU swasta seperti Shell Indonesia dan BP-AKR masih mengalami kelangkaan pasokan bensin hingga saat ini dan terjadi sejak akhir Agustus.

-- Dengan asistensi Azura Yumna Ramadani Purnama

(azr/wdh)

No more pages