Data pemerintah pun akan terhenti, mulai dari laporan tenaga kerja yang dijadwalkan dirilis pada Jumat, tepat saat gambaran ekonomi terlihat lebih buram dari biasanya.
"Shutdown ini akan memiliki implikasi lebih besar dari biasanya karena taruhannya sudah begitu tinggi, bahkan sebelum peristiwa ini terjadi," kata Steve Sosnick, kepala strategi dari Interactive Brokers.
Faktor lain yang memperumit adalah tren bullish pasar saham yang berkepanjangan mendorong valuasi ke level yang terkait dengan periode euforia masa lalu. Dengan volatilitas yang terkendali dan pelaku pasar siap memanfaatkan reli akhir tahun, setiap fluktuasi harga aset akan memicu penjualan paksa yang memperburuk penurunan.
Di area pasar lain, emas diperkirakan tetap menarik sebagai aset safe-haven, bahkan setelah mencapai rekor tertinggi dekat US$4.000. Sebagian kenaikan ini disebabkan oleh melemahnya dolar AS, yang mungkin akan lesu selama shutdown, jika sejarah menjadi acuan.
Menurut ING Bank, kondisi ini akan menguntungkan yen Jepang, dan mungkin juga euro. Treasury jangka panjang telah diuntungkan akibat shutdown sebelumnya, kemungkinan besar karena spekulasi pelemahan ekonomi.
"Pembayaran kupon dan utang tidak berisiko," tulis Monica Guerra, kepala kebijakan AS dari Morgan Stanley Wealth Management, dalam catatan pada Selasa. "Mengingat imbal hasil tinggi, Treasury AS tetap menarik, dan kami mendorong investor yang sensitif terhadap risiko shutdown untuk meningkatkan eksposur terhadap Treasury AS."
Bagi mereka yang ingin tetap aktif di pasar saham, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan jika terjadi shutdown.
Pertahanan
Perusahaan kontraktor pertahanan, termasuk RTX Corp, L3Harris Technologies Inc, dan AeroVironment Inc, mencatatkan kenaikan signifikan karena belanja federal untuk amunisi, drone, dan proyek pertahanan rudal mengerek laba mereka.
Shutdown akan meredam antusiasme terhadap saham-saham tersebut, yang semuanya ditutup di rekor tertinggi sepanjang masa pada Selasa, serta terhadap perusahaan sejenis, seperti Boeing Co dan Lockheed Martin Corp.
"Kami tidak memperkirakan dampak fundamental yang signifikan terhadap perusahaan pertahanan, tetapi sentimen pasar mungkin akan mereda," ujar analis TD Cowen, Gautam Khanna, kepada kliennya pekan lalu.
Seaport Global Securities merekomendasikan "beli" saham General Dynamics Corp pekan ini dari sebelumnya "netral." Alasannya, setiap penurunan harga saham akibat shutdown akan memberikan titik masuk bagi investor.
Layanan Pemerintah, Maskapai Penerbangan
Perusahaan seperti Booz Allen Hamilton Holding Corp, Leidos Holdings Inc, dan CACI International Inc yang menyediakan layanan konsultasi dan teknologi untuk pemerintah mungkin tidak akan bernasib baik. Pendapatan mereka terpukul saat pemerintah shutdown di masa lalu, menurut Tobey Sommer dari Truist, meski dampaknya cenderung kecil. Shutdown yang berkepanjangan mungkin akan menekan laba mereka.
Kemudian ada maskapai penerbangan, yang bergantung pada perjalanan yang didanai pemerintah hingga 2% dari pendapatan tahunan mereka. Gangguan yang berlarut-larut pada arus penjualan tersebut akan menghantam industri yang sudah terpuruk. Lebih buruk lagi, menurut Sheila Kahyaoglu dari Jefferies, ribuan pegawai federal yang tidak menerima gaji rutin akan mengurangi perjalanan rekreasinya.
Di masa lalu, kata Kahyaoglu, kedua grup perusahaan ini mengalami penurunan harga saham menjelang shutdown, tetapi bangkit saat shutdown berlangsung. Indeks S&P 1500 Airlines turun 1,9% pada Selasa, menandai bulan terburuk sejak Maret, sedangkan CACI dan kontraktor jasa lainnya menghadapi volatilitas di tengah kekhawatiran akan dorongan lebih luas untuk memangkas belanja pemerintah.
Saham Siklikal
Di sini, dampak shutdown terhadap ekonomi menjadi kunci. Jika shutdown berlangsung cukup lama yang secara signifikan memperlambat pertumbuhan dan meningkatkan pengangguran, kata Matt Gertken, kepala strategi geopolitik dari BCA Research, hal ini akan mengancam sentimen sektor-sektor seperti industri dan keuangan. Sektor-sektor tersebut mencakup perusahaan-perusahaan yang nasibnya erat terkait dengan ekonomi AS.
"Jika shutdown berlangsung lama, hal ini dapat menarik perhatian pada banyak risiko yang ada di radar," kata Gertken.
Raksasa industri seperti Caterpillar Inc dan Deere & Co telah pulih dari level terendah April, tetapi sektor ini masih menghadapi tarif dan perlambatan ekonomi manufaktur.
Saham perusahaan keuangan, mulai dari bank seperti JPMorgan Chase & Co hingga manajer aset seperti Apollo Global Management Inc, mengalami volatilitas awal tahun ini di tengah kekhawatiran akan kekuatan ekonomi. Perusahaan yang erat terkait dengan kesehatan konsumen, seperti penyedia kredit cepat Affirm Holdings Inc, rentan terhadap fluktuasi yang besar.
Bloomberg Economics memperkirakan 640.000 pekerja federal akan dirumahkan selama shutdown, mendorong tingkat pengangguran naik menjadi 4,7%. Tingkat pengangguran akan tetap tinggi, bahkan setelah shutdown berakhir jika Trump menindaklanjuti ancamannya untuk memecat permanen sebagian pekerja.
Gertken menjelaskan bahwa investor yang khawatir sektor siklikal akan terpukul mungkin beralih ke sektor defensif, seperti kesehatan dan utilitas.
Siapkan Diri untuk Volatilitas
Pasar saham secara umum cenderung mengabaikan perselisihan anggaran: Indeks S&P 500 rata-rata hampir tidak bergerak selama 20 shutdown terakhir, menurut data yang dikumpulkan Truist. Para profesional Wall Street juga tetap tenang terhadap portofolio mereka kali ini.
Namun, menurut Jennifer Timmerman dari Wells Fargo Investment Institute dalam catatannya, lonjakan volatilitas jangka pendek sangat mungkin terjadi jika penundaan data membuat prospek suku bunga menjadi kabur.
Biro Statistik Tenaga Kerja mungkin akan menunda laporan gaji pada Jumat ini, dan perselisihan anggaran yang berkepanjangan bakal mengancam data inflasi yang dijadwalkan rilis pada 15 Oktober.
Menurut RBC, laporan dari perusahaan swasta seperti Institute for Supply Management—dijadwalkan merilis data manufaktur dan jasa pada akhir pekan ini—akan semakin penting.
Indeks S&P 500 mengabaikan kekhawatiran pada Selasa, naik 0,4%. Namun, dalam jangka panjang, setiap pukulan terhadap ekonomi mengancam akan menghilangkan momentum dari reli yang sudah menunjukkan tanda-tanda melambat.
"Pasar kesulitan menemukan momentum di sini," jelas Mark Malek, kepala investasi dari Siebert Financial. "Sulit untuk mengatakan bahwa ini positif bagi pasar ini."
(bbn)































