Logo Bloomberg Technoz

Sejumlah operator SPBU swasta mengalami kelangkaan stok BBM sejak akhir Agustus 2025 dan tak bisa menambah impor BBM baru untuk menambal kebutuhan hingga akhir tahun tersebut.

Pemerintah sendiri mendorong SPBU swasta untuk membeli BBM dari PT Pertamina (Persero), tetapi hingga kini baru 1 badan usaha (BU) swasta yang telah membeli BBM dari Pertamina yakni PT Vivo Energy Indonesia.

Hadi memandang langkah SPBU swasta yang enggan membeli BBM dari Pertamina terbilang wajar. Apalagi, BU hilir migas swasta tersebut memiliki standar dan spesifikasi tinggi terkait dengan BBM yang dijual.

Toh, hanya sekitar 3 bulan kekosongan ini. Memang sakit, tetapi daripada brand yang sudah dibangunnya puluhan tahun akan damaged,” ucap Hadi.

Banyak Kendala

Dia juga menilai proses negosiasi antara Pertamina dengan BU hilir migas swasta akan mengalami banyak kendala, sebab base fuel yang dibeli dari perusahaan pelat merah itu akan menentukan kualitas BBM yang dijual di SPBU swasta. 

Lalu, harga jual BBM yang diimpor Pertamina untuk dibeli BU hilir migas swasta juga diprediksi masih terlalu tinggi hingga mengakibatkan SPBU swasta enggan membeli BBM dari Pertamina.

“Langkah Pertamina juga benar, karena ini memakai kuota Pertamina, keputusan harus diambil, jadi beli apa tidak, supaya bisa segera move on, untuk kepentingan lain,” ungkap Hadi.

“Langkah SPBU swasta jika tidak mau mengambil base fuel dari Pertamina juga perlu dihargai daripada brand-nya jatuh dan tidak sesuai dengan business model mereka selama ini,” sambung Hadi.

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung memastikan BU hilir migas swasta sudah boleh kembali mengimpor minyak mentah untuk BBM masing-masing mulai 2026.

Yuliot mengatakan saat ini pun pemerintah akan mengevaluasi kebijakan impor base fuel 'satu pintu' hanya melalui Pertamina untuk ditawarkan kepada SPBU swasta yang kekurangan stok bensin.

Dia pun memastikan BU swasta nantinya tidak akan terus-menerus membeli base fuel ke Pertamina karena pada tahun depan dapat langsung mengimpor minyak mentah (crude) sesuai kuota yang akan diberikan oleh pemerintah.

“Jadi, tidak seterusnya. Jadi nanti akan ada alokasi untuk masing-masing badan usaha. Jadi, berdasarkan alokasi, badan usaha akan melakukan impor sendiri,” tuturnya saat ditemui di Wisma Danantara, Selasa (30/9/2025).

Ihwal pengadaan base fuel melalui Pertamina, Yuliot mengklaim Kementerian ESDM juga tidak bisa memaksa BU swasta membeli dari Pertamina karena hal tersebut merupakan transaksi business to business (B2B).

Dia menegaskan pemerintah telah cukup memfasilitasi pembelian atas tawaran base fuel yang disediakan oleh Pertamina untuk menambal kekosongan stok BBM di SPBU swasta.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga (PPN) Roberth MV Dumatubun tidak menampik base fuel sebanyak 60.000 barel dari total 100.000 barel kargo impor tahap pertama yang ditawarkan oleh kepada BU hilir migas akhirnya dipakai oleh perseroan, imbas tidak kunjung ada kesepakatan pembelian dari  SPBU swasta.

Roberth mengatakan saat ini baru SPBU Vivo ang sudah sepakat membeli base fuel dari Pertamina, dengan volume sebanyak 40.000 barel. Dengan demikian, masih terdapat sisa base fuel impor tahap pertama sebanyak 60.000 barel.

Dia menegaskan, jika tidak juga terserap, bahan bakar minyak dasaran tersebut akan dipakai sendiri oleh perusahaan pelat merah tersebut.

“Kargo yang tidak terserap 60.000 barel dipakai Pertamina saat ini,” kata Roberth saat dihubungi, Selasa (30/9/2025).

“Belum ada selain Vivo [beli base fuel ke Pertamina], yang lain belum ada action," ujarnya.

-- Dengan asistensi Mis Fransiska Dewi

(azr/wdh)

No more pages