Logo Bloomberg Technoz

Proyek tersebut, ungkap Achmad, akan mencakup pertambangan nikel; produksi nickel powder; pengolahan menjadi nikel sulfat atau katoda; pembangunan pabrik berteknologi high pressure acid leach (HPAL) untuk bahan baku baterai; pembangunan pabrik sel baterai di Karawang, Jawa Barat; hingga fasilitas daur ulang baterai bekas.

Adapun, total investasi program strategis ini diperkirakan mencapai hampir US$6 miliar atau setara Rp99 triliun. Sebagian besar pabrik akan berlokasi di Maluku Utara, sementara pabrik sel baterai ditempatkan di Karawang untuk dekat dengan pabrik otomotif.

Empat joint venture akan dijalankan melalui Indonesian Battery Corporation (IBC) bersama PLN, Pertamina, dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Achmad mengelaborasi proyek ekosistem baterai, Antam bersama mitra strategis menjalankan rantai produksi mulai dari penambangan nikel hingga daur ulang baterai.

Proyek tambang nikel di Halmahera Timur, Maluku Utara, dengan kapasitas 10 juta wmt (saprolit 7 juta, limonit 3 juta), telah beroperasi sejak 2023.

Selanjutnya, pembangunan fasilitas RKEF & Industrial Park berkapasitas 88 ribu ton nikel ditargetkan beroperasi pada 2027, disusul pabrik HPAL berkapasitas 55.000 ton nikel dan pabrik bahan baku baterai (nikel sulfat, prekursor, CAM) berkapasitas total 76.000 ton nikel pada 2028. 

Pada tahap berikutnya, pembangunan pabrik sel dan modul baterai di Karawang, Jawa Barat, berkapasitas 15 GWh ditargetkan mulai beroperasi pada 2029, serta fasilitas daur ulang material baterai berkapasitas 20.000 ton yang direncanakan beroperasi pada 2031.

Total investasi yang disiapkan untuk proyek ekosistem ini mencapai US$5,9 miliar.

Selain nikel, Antam juga menyiapkan program untuk komoditas emas dan bauksit. Untuk emas, target utama adalah memperkuat posisi merek Logam Mulia nasional.

"Emasnya dari Indonesia, diolah di Indonesia, dibuat jadi kepingan-kepingan di Indonesia, dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia."

Adapun untuk bauksit, Achmad menerangkan pihaknya bekerja sama dengan Inalum dalam upaya memenuhi kebutuhan aluminium domestik yang masih bergantung impor.

Lebih jelasnya, dipaparkan bahwa pabrik manufaktur logam mulia di Gresik, Jawa Timur, ditargetkan beroperasi pada 2027 dengan kapasitas 30 ton emas atau hingga 5 juta keping emas batangan dan koin, dengan nilai investasi US$70 juta.

Di Kalimantan Barat, Antam tengah membangun proyek West Kalimantan Mining Development (WKMD) dengan kapasitas 1,47 juta ton washed bauxite yang dijadwalkan beroperasi pada 2026. 

Masih di Kalimantan Barat, proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) dengan kapasitas 1 juta ton SGA dan nilai investasi USD 900 juta ditargetkan beroperasi pada 2025. Proyek SGAR dikerjakan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dengan struktur kepemilikan 60% Inalum dan 40% Antam.

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Antam tersebut, Inalum juga mengungkapkan target terkait dengan akuisisi tambang bauksit Antam yang ditargertkan rampung sebelum 2030. 

Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan perseroannya tengah menjalani uji tuntas atau due dilligecence bersama dengan Antam terkait dengan rencana aksuisisi tambang bahan baku alumina tersebut.

Melati membeberkan aset tambang Antam yang tengah dikaji itu berdekatan dengan lokasi pabrik alumina yang dioperasikan PT Borneo Alumina Indonesia di Mempawah, Kalimantan Barat.

"[Akuisisi] sebelum 2030, saat ini kita diskusi dengan Antam, kita lagi proses due diligence," kata Melati. 

Inalum belakangan merasa perlu mengamankan tambang bauksit untuk menjaga pasokan bahan baku alumina tersebut.

Apalagi, belakangan investasi pabrik pemurnian atau smelter alumina di Indonesia makin masif setelah larangan ekspor bauksit efektif Juni 2023. Sebagian besar pabrik alumina domestik saat ini dikuasi perusahaan China.

"Walaupun hari ini kami hanya ukurannya 275.000 per tahun, ini kita dapat tingkatkan pada 2031 itu menjadi 1 juta aluminium per tahun," tuturnya.

(prc/wdh)

No more pages