Dasar pembagian dividen interim ini mengacu pada laporan keuangan per 30 Juni 2025. United Tractors mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp8,13 triliun.
Saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat Rp80,70 triliun, sementara total ekuitas perusahaan mencapai Rp101,28 triliun.
Corporate Secretary United Tractors, Sara K. Loebis, dalam keterangannya menyampaikan bahwa pembagian dividen interim ini tidak berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha perusahaan.
Terakhir kali, pada paruh pertama 2025 perusahaan melaporkan kinerja laba bersih Rp8,1 triliun. Meski pencapaian sepanjang Januari–Juni melemah secara yoy, kinerja pada kuartal terakhir UNTR menunjukkan rebound.
Laba bersih tercatat Rp4,9 triliun, melonjak 55% dibanding kuartal sebelumnya, meskipun pendapatan relatif stagnan pada kisaran Rp34,26 triliun.
Perusahaan lalu menargetkan serapan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga US$1 miliar (Rp16 triliun) pada tahun 2025.
Direktur UNTR, Vilihati Surya, menjelaskan bahwa porsi terbesar belanja modal perusahaan sekitar 50% akan diarahkan ke bisnis jasa kontraktor tambang melalui anak usaha PT Pamapersada Nusantara (PAMA).
Sementara itu, sekitar 25% dialokasikan untuk pembangunan smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), dan 25% sisanya digunakan untuk pengembangan bisnis emas serta mineral lainnya.
Sejalan dengan itu, manajemen juga menyiapkan strategi ekspansi jangka menengah dengan memperbesar portofolio di sektor emas, nikel, hingga energi baru terbarukan (EBT) pada 2026.
Terbaru, anak usaha UNTR resmi mengambil alih hampir seluruh saham PT Agincourt Subsidiary Asa (ASA) dari PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) dengan nilai perusahaan mencapai US$540 juta atau sekitar Rp8,85 triliun.
(dhf)

































