Logo Bloomberg Technoz

Edukasi Pasar Modal

Rekor Baru IHSG: Momentum Pertumbuhan Pasar Modal Nasional


Pekerja di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/9/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pekerja di depan layar indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/9/2025). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pada Rabu, 17 September 2025, pasar modal Indonesia mencatat sejarah baru. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup pada posisi 8.025,179. Angka ini bukan hanya sekadar catatan statistik, melainkan simbol dari optimisme yang kokoh dan kepercayaan yang semakin kuat terhadap pasar modal serta perekonomian nasional. Kapitalisasi pasar pun mencapai rekor baru sebesar Rp14.516 triliun, lebih tinggi dibandingkan penutupan sehari sebelumnya yang sudah berada di Rp14.384 triliun. 

 IHSG merupakan cerminan pergerakan seluruh saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, pergerakan indeks ini sering dijadikan tolok ukur untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara. Kenaikan IHSG hingga menembus level 8.000 menunjukkan bahwa rata-rata harga saham perusahaan di Indonesia mengalami apresiasi, yang pada gilirannya juga menggambarkan kondisi fundamental ekonomi relatif kuat.

Direktur Utama BEI Iman Rachman menyatakan bahwa kinerja impresif tersebut merupakan hasil sinergi antara BEI, pelaku industri pasar modal, serta dukungan penuh dari Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah Indonesia. Pernyataan ini menegaskan bahwa capaian besar dalam pasar modal tidak berdiri sendiri, melainkan lahir dari kolaborasi banyak pihak yang sama-sama berupaya menjaga iklim investasi agar tetap kondusif dan penuh kepastian.

Fundamental ekonomi Indonesia yang stabil menjadi salah satu alasan utama IHSG mampu mencatatkan rekor baru. Pertumbuhan ekonomi nasional yang konsisten di kisaran lima persen, inflasi yang terjaga, dan cadangan devisa yang memadai membuat kepercayaan investor tetap terpelihara. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga menjalankan kebijakan fiskal dan moneter yang relatif disiplin, sehingga sentimen pasar dapat terjaga dengan baik. Di tengah ketidakpastian global, kondisi domestik dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemodal, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Selain faktor makroekonomi, perkembangan perusahaan-perusahaan publik di Indonesia turut menjadi penggerak. Banyak perusahaan tercatat berhasil menunjukkan kinerja positif, melakukan ekspansi usaha, dan bahkan melantai di Bursa melalui penawaran saham perdana atau IPO. Kehadiran perusahaan baru di bursa memberikan variasi pilihan bagi investor dan meningkatkan likuiditas pasar. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah semakin besarnya partisipasi investor ritel, terutama dari kalangan generasi muda yang kini semakin melek investasi. Lonjakan jumlah investor ritel dalam lima tahun terakhir membuat perdagangan di bursa semakin dinamis dan memberikan warna baru dalam pergerakan IHSG.