Dari sisi keuangan, TINS mencatatkan pendapatan sebesar Rp4,2 triliun sepanjang semester I-2025 atau terkoreksi 19% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp5,2 triliun.
Pendapatan sebelum perpajakan TINS terkoreksi dalam 31% secara tahunan menjadi Rp838 miliar pada semester I-2025, jika dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp1,2 triliun.
Dengan begitu, Nur melaporkan bahwa perseroan mencatatkan laba pada semester I-2025 sebesar Rp300 miliar atau terkoreksi 31% jika dibandingkan realisasi periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp434 miliar.
“Dari posisi neraca, kami sampaikan untuk aset kita adalah di Rp12,3 triliun, sedangkan liabilitas kita adalah Rp5,03 triliun, ekuitas ada di Rp7,2 triliun untuk semester I-tahun 2025. Lanjut,” tegas dia.
Adapun, pada tahun ini PT Timah produksi bijih timah mencapai 21.500 ton Sn pada tahun ini. Target itu lebih tinggi sekitar 10% sampai dengan 12% dibandingkan dengan realisasi sepanjang tahun lalu.
Sementara itu, TINS mematok produksi logam timah sebesar 21.545 metrik ton, dan penjualan logam timah sebesar 19.065 metrik ton pada periode 2025.
Sekadar catatan, sampai dengan kuartal-I 2025, TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 3.215 ton Sn atau turun 40% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 5.360 ton Sn.
Adapun produksi logam timah turun 31% menjadi 3.095 ton Sn dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 4.475 ton Sn. Sedangkan penjualan logam timah turun 18% menjadi 2.874 metrik ton dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 3.524 ton.
Harga jual rata-rata logam timah sebesar US$32.495 per ton, naik 20% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$27.071 per ton.
Pada kuartal I-2025, TINS mencatatkan penjualan logam timah domestik sebesar 9% dan ekspor logam timah sebesar 91% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Korea Selatan 19%; Jepang 19%; Singapura 14%; Belanda 11%; India 2%; dan China 1%.
(azr/yan)


































