Harga emas dunia pun resmi turun dua hari berturut-turut. Selama dua hari tersebut, harga berkurang 1,44%.
Namun dalam sebulan terakhir, harga emas dunia masih mencatat kenaikan 9,69% secara point-to-point. Sepanjang 2025 (year-to-date), harga meroket 38,65%.
Oleh karena itu, rasanya risiko ambil untung (profit taking) akan selalu membayangi harga emas. Maklum, harga sudah naik terlalu tinggi sehingga investor tentu akan tergoda untuk mencairkan cuan.
Selain itu, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga emas tertekan. Kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,5% ke 97,355.
Penguatan dolar AS terjadi akibat respons investor terhadap hasil rapat bank sentral Federal Reserve kemarin. Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dalam konferensi pers usai rapat mengeluarkan pernyataan yang dinilai kurang dovish.
Powell menyebut pihaknya akan terus memantau perkembangan inflasi, yang berisiko naik akibat kebijakan tarif. Oleh karena itu, The Fed akan memonitor situasi dari rapat ke rapat untuk menentukan arah kebijakan moneter.
Perkembangan ini membuat investor sedikit kurang yakin mengenai seberapa agresif The Fed bakal memangkas suku bunga acuan. Padahal suku bunga akan sangat mempengaruhi pergerakan harga emas.
Ini karena emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas akan lebih menguntungkan saat suku bunga turun.
(aji)






























