Logo Bloomberg Technoz

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas masih nyaman di zona bullish. Tercermin dengan Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 72.

RSI di atas 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bullish. Akan tetapi, RSI di atas 70 juga menjadi tanda sudah tergolong jenuh beli (overbought).

Hawa overbought makin terasa dengan indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh 100. Paling tinggi, sangat jenuh beli.

Oleh karena itu, sepertinya harga emas berisiko turun minggu ini. Maklum, kenaikannya sudah begitu tinggi sehingga akan datang saatnya untuk konsolidasi.

Cermati pivot point di US$ 3.633/ton. Dari sini, harga emas mungkin akan menguji support US$ 3.539/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 3.448/troy ons bisa menjadi target berikutnya.

Adapun target resisten terdekat adalah US$ 3.651/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas ke rentang US$ 3.669-3.707/troy ons.

Target paling pesimistis atau resisten terjauh ada di U$ 3.786/troy ons.

Proyeksi Harga Emas JPMorgan

Kenaikan harga emas sudah melampaui perkiraan JPMorgan sebelumnya yaitu US$ 3.500/troy ons. Oleh karena itu, JPMorgan pun memperbarui proyeksi mereka.

“Awal tahun ini, kami menilai ada perubahan struktural dalam permintaan emas. Dengan kemungkinan resesi dan risiko akibat kebijakan tarif, kami yakin bahwa ada skenario bullish harga emas akan terjadi dan kami menaikkan target harga emas,” kata Natasha Kaneva, Head of Global Commodities Strategy di JPMorgan, dalam laporannya.

JPMorgan kini memperkirakan harga emas bisa mencapai rata–rata US$ 3.675/troy ons pada kuartal IV-2025. Pada kuartal II-2026, harga bisa bergerak ke arah US$ 4.000/troy ons.

Proyeksi Harga Emas JPMorgan (Sumber: JPMorgan)

“Kami rasa ada kemungkinan harga bergerak ke batas atas proyeksi tersebut jika permintaan terus di atas ekspektasi. Bagi investor, emas bisa menjadi salah satu alat lindung nilai (hedging) paling optimal di tengah kombinasi stagflasi, resesi, dan arah kebijakan Amerika Serikat (AS) pada 2025 dan 2026,” papar Gregory Shearer, Head of Base and Precious Metals Strategy di JPMorgan.

(aji)

No more pages