Logo Bloomberg Technoz

Lebih baik dari keseluruhan, ringgit Malaysia berhasil menguat 0,02% hari ini, bersama dolar Hong Kong menguat 0,01%.

Sepertinya pelaku pasar tengah mengambil sikap wait and see. Satu yang ditunggu adalah data inflasi AS.

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memprediksi inflasi di Negeri Paman Sam pada Agustus berada di 0,3% secara bulanan (month–to–month/mtm). Sedikit lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 0,2% mtm.

Kemudian pasar berekspektasi laju inflasi tahunan (year–on–year/yoy) ada di 2,9%. Juga menguat dari posisi Juli yang sebesar 2,7% yoy.

Data ini akan menjadi salah satu pertimbangan penting Bank Sentral Federal Reserve dalam memutuskan bunga acuan. Perhatian tertuju pada Rapat Komite Pengambil Kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) yang akan digelar pekan depan.

Mengutip CME FedWatch Tools, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4–4.25% dalam rapat September adalah 92%. Sedang peluang pemotongan lebih besar 50 bps ke posisi 3,75–4% adalah 8%.

“Investor mencerna perlambatan pasar tenaga kerja dan data inflasi produsen, sehingga mungkin ada penurunan suku bunga acuan sampai 50 bps pekan depan. Kami masih memperkirakan penurunan 25 bps. Untuk menuju penurunan 50 bps, maka data inflasi konsumen harus benar–benar lesu,” papar riset Ian Lyngen dan Vail Hartman dari BMO Capital Markets, seperti yang dilaporkan Bloomberg News.

DXY Sedikit Rebound dari Perdagangan Sebelumnya (Bloomberg)

Sikap investor yang menunggu dan menanti tersebut bersamaan dengan dolar AS sedikit rebound. Sikap ini juga membuat arus modal ke negara–negara berkembang menjadi terbatas. Hasilnya, rupiah hari ini masih harus terjebak di zona merah.

Siang hari ini, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat tipis 0,18 ke 97,962.

(fad/aji)

No more pages