Dea Hardianingsih (27) menilai solusi tak cukup dengan mengobati stres. “Kalau orang stres karena macet, perbaiki infrastrukturnya. Kalau karena pendapatan, naikkan upah minimum. Tapi asuransi psikolog tetap penting,” ujarnya.
Psikolog Veronica Adesla menyebut biaya hidup tinggi, PHK, pengangguran, dan tingginya angka kejahatan sebagai faktor utama. “Ketidakpastian masa depan memicu rasa cemas masyarakat,” jelasnya.
Menurutnya, beberapa perusahaan di Jakarta sudah mulai menyediakan Employee Assistance Program (EAP) dan skema asuransi psikolog dengan sistem reimbursement, namun aksesnya belum merata.
Kemenkes menilai data yang menyebut Jakarta menjadi provinsi tertinggi yang diduga memiliki tingkat stress dan depresi tertinggi di Indonesia menjadi alarm bagi pembuat kebijakan. Di tengah tekanan hidup perkotaan, perbaikan transportasi, pengendalian polusi, hingga kebijakan upah yang lebih adaptif dinilai perlu untuk mengurangi beban mental pekerja.
Meski Jakarta menempati posisi teratas dalam data Kemenkes, pengalaman para pekerja menunjukkan masalah kesehatan mental bukan hanya angka, melainkan realitas yang menggerus kualitas hidup dan produktivitas setiap hari.
(fik/spt)
