Menteri Luar Negeri (Menlu) Elmer Schialer menjelaskan pada wartawan bahwa masalah utama Peru adalah "ketidakamanan" dan mengakui pembunuhan diplomat tersebut merupakan "satu lagi peringatan" terkait masalah itu.
Pemerintahan Presiden Peru Dina Boluarte diketahui kesulitan mengatasi maraknya kasus pembunuhan dan pemerasan di negara Amerika Selatan tersebut.
Data resmi menunjukkan 6.041 orang tewas antara Januari hingga pertengahan Agustus, tertinggi selama periode yang sama sejak 2017. Sementara itu, laporan pemerasan mencapai 15.989 antara Januari hingga Juli, meningkat 28% dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Juru Bicara Kemlu RI Vahd Nabyl A Mulachela menjelaskan KBRI Lima telah menyampaikan nota diplomatik kepada Kemlu Peru agar proses penanganan kasus ini mendapat atensi besar.
"Kami sampaikan juga Bapak Menteri Luar Negeri [Sugiono] telah melakukan komunikasi langsung dengan Menteri Luar Negeri Peru, yang intinya untuk mendorong agar proses investigasi ini bisa berjalan transparan, cepat, dan menyeluruh, termasuk hingga tahap pengembalian jenazah," ujarnya melalui keterangan video kepada pers.
Nabyl menambahkan bahwa proses otopsi jenazah Zetro telah dilakukan pada 2 September lalu dan pengembalian jenazah diperkirakan akan dilakukan pekan ini. Saat ini, lanjutnya, Kepolisian Peru masih sedang melakukan berbagai upaya, termasuk berkoordinasi dengan pihak kejaksanaan setempat.
Sebelumnya diberitakan media lokal 24 Horas, Zetro ditembak tiga kali oleh pembunuh bayaran hanya beberapa meter dari apartemennya pada Senin (1/9/2025) malam di distrik Lince, ibu kota Peru. Insiden tragis itu terjadi saat korban bersepeda bersama istrinya. Korban sempat dibawa ke rumah sakit, tetapi nyawanya tak tertolong.
(ros)





























