Logo Bloomberg Technoz

Saat ini, klaim dia, sudah banyak kapal-kapal pengangkut bijih tembaga yang mengantre untuk mengangkut konsentrat tembaga Freeport ke luar negeri.

“Mudah-mudahan cuacanya bagus sehingga loading-nya lancar untuk kemudian diekspor. Jadi harapannya di 16 September bisa tercapai kira-kira 90%,” tegas dia.

Lebih lanjut, Tony menjelaskan evaluasi izin ekspor dilakukan berdasarkan laporan yang sebelumnya telah diberikan Freeport dan yang akan diberikan oleh Freeport.

Kapasitas Smelter

Dalam kaitan itu, Tony menegaskan peningkatan kapasitas produksi smelter katoda tembaganya di Manyar, Gresik, Jawa Timur berjalan sesuai target. Saat ini, menurutnya, smelter tersebut telah bisa beroperasi mendekati 70% dari kapasitas produksi maksimum.

“Karena ramp up produksi kita sudah sesuai dengan kurva sebelumnya yang kita sampaikan kepada pemerintah Itu mulai dengan 40%, 50%, 60 %dan sekarang mendekati 70%,” ujarnya.

Sekadar catatan, izin ekspor konsentrat tembaga Freeport diberikan selama enam bulan yakni sejak 17 Maret 2025 hingga 16 September 2025, atau tersisa kurang dari satu bulan lagi.

Freeport diizinkan untuk melanjutkan ekspor konsentrat tembaga pada 2025, setelah perseroan menghadapi keadaan kahar akibat smelter katodanya di Manyar, Gresik, Jawa Timur terbakar pada 14 Oktober 2024.

Kompleks smelter Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur./dok. PTFI

Di sisi lain, PTFI dinilai berisiko mengalami kelebihan pasokan (oversupply) konsentrat tembaga setelah izin ekspornya berakhir pertengahan bulan depan, sementara smelter katodanya di Manyar, Gresik, Jawa Timur masih belum bisa beroperasi dan berproduksi dalam kapasitas penuh. 

Analis komoditas dan Presiden Komisaris HFX International Berjangka Sutopo Widodo berpendapat, ketika smelter katoda Freeport belum beroperasi penuh, perusahaan perlu mencari cara mengolah konsentrat yang tak lagi bisa diekspor.

Jika kapasitas smelter di dalam negeri belum mencukupi untuk mengolah konsentrat tembaga Freeport, lanjutnya, perseroan pun rawan menghadapi tantangan dalam penyerapan produksi.

“Ada kemungkinan selama masa transisi ini, PTFI harus mencari cara untuk menampung atau mengolah konsentrat yang tidak bisa diekspor,” kata Sutopo ketika dihubungi, pekan lalu.

Tidak hanya itu, Sutopo menyebut penghentian ekspor konsentrat Freeport diprediksi memengaruhi pasar tembaga global. Hilangnya pasokan konsentrat tembaga dari PTFI akan memicu kelangkaan (shortage), terutama di negara yang industri smelter-nya mengandalkan pasokan konsentrat dari Indonesia seperti di China.

Dengan begitu, negara pengimpor konsentrat tembaga Indonesia perlu mencari sumber pasokan alternatif, yang pada akhirnya dapat menyebabkan perubahan pola perdagangan tembaga global.

“Berakhirnya izin ekspor konsentrat tembaga ini akan memiliki beberapa dampak signifikan, baik bagi PTFI maupun pasar global,” terang Sutopo.

Untuk diketahui, volume ekspor yang didapatkan Freeport, dalam satuan dry metric ton (dmt), sesuai dengan pengajuan kuota yang dilayangkan perseroan ke Kementerian ESDM usai persetujuan revisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB).

Atas kebijakan perpanjangan ekspor tersebut, Kementerian ESDM telah menerbitkan Peraturan Menteri ESDM No. 6/2025 tentang Perubahan atas Permen ESDM No. 6/2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral di Dalam Negeri.

(azr/wdh)

No more pages