Pelemahan siang hari ini menyeret nilai rupiah melemah untuk hari kedua berturut–turut seiringan dengan solidnya penguatan dolar AS yang pulih dari pelemahan akibat ketidakpastian arah kebijakan The Fed.
Indeks dolar AS (DXY) terus menguat. Pada pukul 13:10 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,2% pada perdagangan hari ini berdasarkan data real–time Bloomberg.
Permintaan dolar menjelang tutup bulan juga menekan mata uang Indonesia.
“Permintaan rutin dolar pada akhir bulan untuk kebutuhan pembayaran utang luar negeri dan impor, serta aksi ambil untung investor di pasar, turut melemahkan rupiah,” tulis analis Maybank Myrdal Gunarto dalam sebuah catatan, seperti yang diwartakan Bloomberg News.
Selain itu, aset–aset di pasar Asia, termasuk mata uang, “Kemungkinan akan bergerak konsolidasi menjelang rilis data inflasi AS pada Jumat,” tulis analis UOB dalam risetnya siang hari ini.
Investor masih berpegang pada skenario pasar bullish. Kemungkinan pemotongan suku bunga pada September, pertumbuhan ekonomi yang tangguh, dan kinerja korporasi yang cukup kuat untuk menjaga sentimen pasar saham tetap positif.
Sentimen bearish bertambah luas setelah serangan langsung Presiden Donald Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya semakin meningkat terhadap Federal Reserve, berisiko menimbulkan efek balik yang memukul pasar keuangan dan perekonomian.
Perkembangan terbaru, pemecatan Anggota Dewan Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve Lisa Cook oleh Presiden Donald Trump dipandang sebagai bentuk ikut campur tangan Presiden atas independensi Bank Sentral.
Jika terbukti, maka ada risiko peringkat utang (rating) AS turun dan menjadi bencana di pasar keuangan global.
“Dorongan Trump untuk memecat Cook menebalkan kekhawatiran soal independensi The Fed,” tegas Ian Lyngen dari BMO Capital Markets, mengutip Bloomberg News.
Dalam situasi seperti ini, ada indikasi aksi beli defensif dari sejumlah investor menghadapi prahara pemecatan Lisa Cook oleh Presiden Donald Trump.
“Hal ini menunjukkan investor yakin terhadap kemungkinan sukses dari rencana Trump memaksa The Fed memangkas suku bunga September mendatang, tetapi khawatir terhadap efek jangka panjang dari tindakan koersif Trump terhadap sistem keuangan dan ekonomi AS,” papar riset Riset Mega Capital Sekuritas.
(fad/aji)



























