Joao menyebut bahwa selama ini dirinya tak bisa bekerja secara maksimal dalam menjalankan perintah Presiden Prabowo Subianto untuk membangun kondisi pertanian yang tertinggal dan petani yang saat ini masih terkesploitasi sehingga tak mampu bangkit dari keterpurukan.
“Keseriusan presiden dalam mendukung dan menggerakan segala upaya untuk mewujudkan kedaulatan pangan ini tidak didukung sepenuhnya oleh stakeholder atau para-para pembantu-pembantunya” tambah Joao
“Sehingga kami sampai hari ini tidak mendapatkan dukungan maksimal untuk membuat langkah-langkah nyata yang kami siapkan, termasuk dukungan anggaran sampai hari ini Agrinas Pangan Nusantara masih nol”
Ia juga mengatakan jika Badan Pengelola Investasi Danantara sebagai badan baru yang mempercepat atau mempersingkat kegiatan bisnis justru kini menjadi penghambat dengan birokrasi yang terlalu panjang dan berbelit-belit sehingga program kerja Agrinaspun terhambat.
“Itulah birokrasi-birokrasi yang terus dipertahankan dan dipraktekan di dalam Danantara sehingga sampai hari inipun kami masih dimintakan lagi FS [Feasibility Study/ Studi Kelayakan] yang sampai hari ini mungkin sudah ketiga atau keempat kali kami serahkan” katanya.
Ia menambahkan jika saat ini Danantara tak berfokus pada situasi pangan yang kini dianggapnya berada di masa yang genting dan menjadi perhatian Presiden. Lembaga itu justru berorientasi pada administrasi yang menurut dia seharusnya hanya berperan sebagai alat dukung,
“Pengalaman kami selama 6 bulan kami menemukan bahwa, kami alami sendiri bahwa proses administrasi itu sangat panjang, sangat bertele-tele dan hampir tidak mungkin kami bisa melaksanakan itu,” sebutnya
Hal ini mengakibatkan berbagai proyek yang menjadi prioritas negara ini tak bisa dengan cepat diwujudkan lantaran Danantara tak cukup berani mengambil langkah untuk menyelamatkan dan mewujudkan apa yang menjadi arahan Presiden kepada lembaga tersebut.
Joao bilang bahwa sikap yang saat ini diambil tersebut bukanlah merupakan kritikan kepada Danantara, Ia menyebut bahwa saat ini dia mungkin belum terbiasa dengan sistem administrasi birokrasi yang sangat berbelit dan dianggapnya menghambat dan bertele-tele.
“Sehingga kami ingin menggunakan waktu kami lebih berguna untuk kegiatan-kegiatan lain yang bisa bermanfaat bagi banyak orang” sebutnya.
(ell)
































