Analis: Deal Dagang 'Rapuh' Trump Menyulitkan Asia Tenggara
News
31 July 2025 19:20

Ishika Mookerjee dan Bill Faries - Bloomberg News
Bloomberg, Pengamat kebijakan menilai negara-negara dan pelaku bisnis perlu tetap siap menghadapi dampak buruk dari tarif AS setelah batas waktu kesepakatan dagang berakhir bulan ini. Pasalnya, kesepakatan yang dicapai sejauh ini masih minim detail atau komitmen yang kuat.
"Saya menyebutnya kesepakatan 'serbet' karena menurut saya kesepakatan ini sama rapuhnya dengan serbet kertas dan detailnya yang bisa ditulis di atas serbet kertas," ujar Deborah Elms, Kepala Kebijakan Perdagangan Hinrich Foundation, dalam Bloomberg Sustainable Business Summit di Singapura, Rabu (30/7/2025).
Bea masuk yang ditetapkan sebesar 15% akan tetap "jauh lebih tinggi daripada yang berlaku pada Maret," dan akan menyulitkan "banyak perusahaan, terutama usaha kecil yang berusaha bertahan dengan margin yang tipis," kata Elms. Khususnya Asia Tenggara, tingkat tarif yang tidak merata akan "menciptakan tantangan bagi rantai pasokan," ujarnya.
Serangkaian pengumuman kesepakatan dagang Trump baru-baru ini menuai kritik karena kurangnya detail, meliputi aspek-aspek penting dari sejumlah perjanjian masih dalam tahap negosiasi. Rincian pasti investasi besar yang dijanjikan, seperti oleh Uni Eropa dan Jepang, juga masih belum pasti.































