Logo Bloomberg Technoz

Hingga penutupan perdagangan, indeks LQ45 yang berisikan saham-saham Big Caps tercatat melemah mencapai 0,96% dan 7,68 poin ke level 790,46.

Adapun saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) memimpin pelemahan saham karena telah mengalami penurunan harga mencapai 7,58% ke posisi Rp610/saham. Disusul oleh melemahnya saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang ambles 7,45% ke posisi Rp2.360/saham.

Saham LQ45 Melemah 0,96% pada Kamis 31 Juli (Bloomberg)

Yang jadi perhatian investor, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) drop 6,81% ke posisi Rp480/saham. Untuk saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga jatuh 5,99% menjadi Rp3.450/saham. Senada, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) melemah 4,68% ke Rp2.850/saham.

Dalamnya penurunan saham–saham pertambangan emas termasuk saham MDKA dan juga ANTM ditengarai oleh acuan harga emas dunia yang melemah pada perdagangan kemarin. Harga sang logam mulia kini berada di level terendah dalam sebulan.

Pada Rabu, harga emas dunia di pasar spot tercatat US$3.275,18/troy ons. Drop 1,51% dan menjadi yang terlemah sejak 27 Juni lalu, berdasarkan data Bloomberg.

Dalam sepekan baru–baru ini, harga emas dunia menyusut 3,2% secara point–to–point. Selama sebulan perdagangan, harga minus 1,76% ptp.

Sedangkan saham–saham unggulan LQ45 selanjutnya, seperti saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Corp Tbk (INKP) berada pada zona merah dengan kehilangan 4,56% ke Rp6.800/saham. Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga melemah 3,71% ke posisi Rp1.430/saham.

Sama halnya dengan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) yang melemah 3,04% ke posisi Rp1.115/saham. Untuk PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sahamnya drop 2,93% ke posisi Rp1.655/saham.

Utamanya, sentimen pemeringkat internasional S&P Global masih menghantui IHSG, S&P memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai menyentuh 5% sepanjang 2025, melanjutkan kinerja yang sebelumnya diperoleh pada Kuartal I–2025, di posisi 4,87%.

Berdasarkan laporan terbarunya yang dirilis Selasa pekan ini, S&P menyatakan proyeksi tersebut dilakukan lantaran indikator ekonomi dalam negeri terbilang masih lesu, seperti kurangnya belanja infrastruktur hingga konsumsi rumah tangga.

“Kami memperkirakan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) riil Indonesia sedikit di bawah 5% tahun ini karena permintaan domestik menunjukkan tanda–tanda melemah di awal tahun,” tulis laporan tersebut.

Rata–rata pendapatan dalam negeri juga lebih rendah dibanding sebagian besar negara berperingkat investasi lainnya, alih–alih diproyeksikan akan tetap meningkat lebih cepat dari sejumlah program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan program tiga juta rumah.

Adapun kinerja Bursa di Asia hari ini kompak melemah. Indeks CSI 300 China jatuh 1,82%, Hang Seng Hong Kong terpeleset 1,6%, Shanghai merah 1,18%, Strait Times Singapore drop 1,08%, dan KOSPI melemah 0,28%.

(fad)

No more pages