Logo Bloomberg Technoz

Harga emas naik lebih dari seperempat tahun ini, didorong oleh ketidakpastian seputar upaya agresif Presiden Donald Trump untuk merombak perdagangan global, konflik di Timur Tengah dan Ukraina, serta akumulasi emas oleh bank sentral. 

Namun, logam mulia ini diperdagangkan dalam kisaran yang ketat selama beberapa bulan terakhir. Permintaan aset safe haven sedikit menurun seiring beberapa kemajuan dalam perundingan dagang AS meredakan kekhawatiran akan skenario terburuk bagi ekonomi global.

"Mungkin Anda akan menghindari skenario terburuk yang digambarkan awal tahun ini, tetapi pada akhirnya kita menghadapi pajak sekitar 15% atas sekitar 11% dari ekonomi AS—yaitu impor," kata Samson, merujuk pada tarif Trump. "Anda mungkin mengira hal itu akan memperlambat pertumbuhan ekonomi."

Prospek bullish Fidelity untuk emas serupa dengan pandangan Goldman Sachs Group Inc, yang dalam beberapa kuartal terakhir memprediksi reli harga emas hingga US$4.000 per ons.

Namun, beberapa perusahaan lain bersikap hati-hati, termasuk Citigroup Inc, yang memperkirakan harga emas akan melemah. Harga emas spot terakhir berada di sekitar US$3.315.

Para pejabat The Fed dijadwalkan berkumpul pekan ini untuk menetapkan kebijakan. Meski tidak diharapkan ada perubahan, Gubernur The Fed Jerome Powell mungkin akan menghadapi perbedaan pendapat dari para pejabat yang ingin memberi dukungan pada pasar tenaga kerja yang sedang melambat, mungkin dari Deputi Gubernur Christopher Waller dan Wakil Ketua Pengawasan Michelle Bowman.

Samson memandang perlambatan ekonomi AS mungkin akan membuat kubu dovish (pendukung pelonggaran moneter) memperoleh pengaruh lebih besar dalam menentukan kebijakan, di mana dolar AS cenderung melemah di lingkungan pertumbuhan yang lebih lemah.

Selain itu, lanjutnya, Powell—yang masa jabatannya sebagai Gubernur The Fed berakhir pada Mei mendatang—mungkin akan digantikan oleh seseorang yang "lebih bersedia" menurunkan biaya pinjaman karena Trump terus mendesak pemotongan suku bunga.

Emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil biasanya diuntungkan saat dolar AS melemah dan suku bunga menurun.  

Di sisi lain, bank sentral dunia mungkin akan terus membeli emas, sementara defisit fiskal yang semakin meningkat—terutama di AS—akan terus memperkuat daya tarik emas sebagai aset keras.

"Tentu saja, emas berkembang pesat, tetapi jika Anda melihat saat emas dalam pasar bullish—seperti periode 2001 hingga 2011—nilainya tumbuh rata-rata 20% per tahun," ujar Samson. "Dari 2021 hingga saat ini, nilainya juga mencapai 20% per tahun. Jadi, dalam konteks pasar bullish, emas tidak selalu mengalami overstretch."

(bbn)

No more pages