Logo Bloomberg Technoz

"Harga energi, air, dan beras merupakan faktor utama yang menekan inflasi kali ini," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute. "Saya memperkirakan penurunan lebih lanjut, dan inflasi akan mereda sesuai kurang lebih seperti perkiraan Bank of Japan (BOJ)."

Minami menambahkan bahwa dengan memudarnya faktor-faktor penekan biaya tersebut, tren harga mendasar akan menjadi kunci bagi inflasi yang berkelanjutan di masa depan.

"Dalam hal ini, inflasi inti masih kuat, dan perusahaan-perusahaan Jepang membebankan biaya mereka seperti upah ke harga-harga [produk]," ujarnya.

Data ini mungkin akan membuat BOJ tetap mengerek suku bunga lebih lanjut jika kinerja ekonomi sesuai dengan proyeksinya. Meski penurunan biaya listrik dan gas alam turut memperlambat laju inflasi secara keseluruhan, data tersebut mengingatkan kembali bahwa rumah tangga masih menghadapi biaya hidup lebih tinggi.

Apa Kata Bloomberg Economics...

"Di bawah permukaan, tekanan biaya dari lonjakan harga beras sebelumnya dan kenaikan biaya tenaga kerja masih berdampak pada biaya makanan olahan dan makan di luar. Secara keseluruhan, data ini seharusnya mendorong BOJ untuk terus menaikkan suku bunga secara bertahap."

— Taro Kimura, ekonom

Harga beras, bahan pangan pokok yang mendorong pertumbuhan harga di Jepang tahun ini, melambung 81,8% dibandingkan tahun sebelumnya, melambat dari lonjakan 90,6% pada Juni setelah pemerintah mengeluarkan serangkaian langkah baru untuk mendinginkan pasar, termasuk melepas cadangan beras darurat.

Harga pangan tanpa produk segar naik 7,4%, meningkat dari 7,2% pada bulan sebelumnya dan mencatat laju tercepat sejak September 2023.

Menurut laporan Teikoku Databank, perusahaan-perusahaan makanan besar Jepang berencana menaikkan harga untuk 2.105 jenis produk bulan ini, sekitar lima kali lipat dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan bulan ketujuh beruntun, di mana kenaikan harga melebihi level tahun sebelumnya, rekor terpanjang sejak 2022.

Kekecewaan pemilih atas melonjaknya harga kebutuhan sehari-hari turut menjadi faktor utama di balik kinerja elektoral Partai Demokrat Liberal (LDP) pimpinan Ishiba memburuk pada Minggu, yang membuat koalisi pemerintahan kehilangan suara mayoritas di kedua majelis parlemen.

Usai kalah, Ishiba berjanji akan tetap menjabat selama negosiasi dagang dengan Washington berlanjut. Kesepakatan dagang secara mengejutkan diumumkan Presiden Donald Trump awal pekan ini, menjadi berkah bagi Ishiba, menopang reli saham-saham lokal, tetapi juga menghilangkan alasan utama baginya untuk tetap menjabat. Media lokal melaporan sejumlah anggota parlemen menuntutnya mengundurkan diri.

Data terbaru akan dipertimbangkan dalam prakiraan inflasi baru yang akan dirilis pada pertemuan bank sentral pekan depan. Rabu lalu, Deputi Gubernur BOJ Shinichi Uchida mengatakan inflasi lebih kuat dari perkiraan, mengindikasikan bank sentral akan menaikkan proyeksi inflasi.

Dalam pernyataan setelah Trump mengumumkan kesepakatan dagang, Uchida juga menyatakan kesepakatan tersebut akan mendekatkan bank sentral pada kenaikan suku bunga.

Harga jasa naik 2,1%, sama dengan laju kenaikan bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa tekanan inflasi mendasar tetap stabil.

Inflasi Jepang terus berlanjut karena adanya pergeseran persepsi bahwa harga akan terus naik karena kekurangan tenaga kerja kronis memaksa perusahaan menaikkan upah. Menurut survei BOJ, rumah tangga memperkirakan pertumbuhan harga sebesar 12,8% dalam setahun ke depan.

Bank sentral akan mengumumkan keputusan kebijakan berikutnya pada 31 Juli. Seluruh 56 pengamat BOJ yang disurvei memperkirakan otoritas akan mempertahankan suku bunga kebijakan di level 0,5%. 

Entah Ishiba akan mempertahankan kekuasaannya atau mundur, investor menunggu untuk melihat apakah posisi pemerintah yang melemah akan memaksanya melonggarkan kebijakan fiskal lebih lanjut. Ishiba mengusulkan bantuan tunai untuk mengatasi inflasi, sedangkan sejumlah partai oposisi utama berkampanye dengan janji akan memotong pajak konsumsi dalam berbagai tingkatan—opsi yang lebih mahal.

"Inflasi tetap tinggi, jadi Ishiba akan terus menghadapi desakan untuk berbuat lebih banyak guna mengurangi beban biaya hidup yang tinggi bagi rumah tangga," tukas Minami dari Norinchukin.

(bbn)

No more pages