Logo Bloomberg Technoz

Uni Eropa bergegas untuk mengejar dan menetapkan aturan untuk generatif AI  saat merundingkan Undang-Undang soal AI, yang akan diajukan untuk pemungutan suara kunci dalam pleno Parlemen Eropa pekan depan.

Bahkan jika lembaga UE menyetujui versi final pada akhir tahun, perusahaan mungkin tidak perlu mematuhinya hingga tahun 2026. Alhasil, berbagai politisi mengusulkan banyak ide untuk menutupi blok tersebut sementara waktu.

Ilustrasi AI atau kecerdasan buatan. (Sumber: Bloomberg)

Kode sukarela Uni Eropa yang menetapkan kepatuhan akan aturan moderasi konten Uni Eropa, Undang-undang Layanan Digital, sejauh ini tidak menyertakan risiko konten yang dihasilkan AI.

Jourova mengatakan penandatangananan “yang megintegrasikan generatif AI ke dalam layanan mereka seperti obrolan Bing untuk Microsoft, Bard untuk Google,” sekarang juga harus “menghadirkan perlindungan yang diperlukan agar layanan ini tidak dapat digunakan oleh pelaku kejahatan yang bisa menghasilkan disinformasi.”

Jourova bertemu dengan lebih dari 40 perusahaan yang mendaftarkan diri mengikuti kode tersebut. Twitter, milik Elon Musk, mundur bulan lalu.

“Kami percaya ini adalah kesalahan Twitter. Twitter telah memilih jalan yang sulit. Mereka memilih konfrontasi,” kata Jourova.

“Jangan salah, dengan meninggalkan kode, Twitter telah menarik banyak perhatian dan tindakan serta kepatuhannya terhadap undang-undang Uni Eropa, [Twitter] akan diteliti dengan keras dan mendesak.”

Wakil Presiden Eksekutif Margrethe Vestager sedang mengerjakan kode etik dengan mitra G-7, India dan Indonesia untuk meyakinkan perusahaan agar menambahkan lebih banyak perlindungan saat mereka meluncurkan teknologi ini.

Komisaris Pasar Internal Thierry Breton telah mengumumkan “Pakta AI” yang akan menjembatani periode antara ketika Undang-undang AI disetujui hingga diberlakukan.

(bbn)

No more pages