Garuda memastikan bahwa inisiatif pembelian ini akan menunjang rasionalisasi jaringan rute berdasarkan potensi profitabilitas serta ekspansi armada yang lebih efisien.
“Harapannya, langkah ini akan mengoptimalkan pendapatan perusahaan tanpa mengorbankan efisiensi biaya operasional,” tambah manajemen.
Proses pembelian 50 pesawat Boeing telah masuk dalam rencana restrukturisasi keuangan yang telah disahkan oleh Presiden RI pada 23 Juni 2025 dan disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Juni 2025.
Seiring itu, Garuda juga menjalin komunikasi dengan sejumlah pemberi dana potensial untuk mewujudkan pengadaan armada secara berkelanjutan.
Hingga saat ini, tidak ada informasi material lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup maupun harga saham Garuda, menurut klarifikasi resmi kepada BEI.
Bantuan Danantara
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) mengonfirmasi komitmen bantuan untuk Garuda Indonesia hingga US$1 miliar atau setara Rp16,37 triliun (kurs jisdor Rp16.370).
Bantuan pendanaan dari Danantara akan disalurkan dalam beberapa tahap untuk mendukung optimalisasi bisnis, pembiayaan jangka panjang, serta pendampingan berbasis tata kelola dan restrukturisasi kinerja perusahaan.
Sebagai langkah awal, Danantara akan menyalurkan pinjaman pemegang saham senilai Rp6,65 triliun atau setara US$405 juta, yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan pemeliharaan dan perbaikan armada (maintenance, repair and overhaul/MRO).
Fase awal kolaborasi difokuskan pada peningkatan kesiapan operasional armada di bawah Garuda Indonesia Group, baik Garuda Indonesia sebagai maskapai layanan penuh (full service carrier/FSC), maupun Citilink sebagai maskapai berbiaya rendah (low cost carrier/LCC).
(dhf)

































