Kebijakan ini sempat mengancam kelangsungan industri di AS dan mendorong Presiden Donald Trump untuk menyepakati gencatan dagang.
Setelah perunding dagang kedua negara mencapai kesepakatan untuk meredakan ketegangan dalam pertemuan di Jenewa pada Juni lalu, Trump mengatakan China telah sepakat untuk kembali memasok rare earth dan magnet secara penuh.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, pada 1 Juli lalu mengatakan pengiriman magnet dari China mulai meningkat, namun belum mengalir secepat yang dibutuhkan.
Kebijakan pembatasan ekspor dari China tidak hanya menyasar AS. Produsen global ikut panik akibat kekurangan magnet, sementara berbagai pemerintah mendesak Beijing agar melonggarkan kontrol.
Pembatasan ini makin memperumit hubungan China dengan Uni Eropa, yang bergantung pada pasokan magnet dari Negeri Tirai Bambu, khususnya untuk industri otomotif.
Masih Belum Cukup
Data bea cukai mendukung berbagai laporan soal perbaikan pasokan, namun juga menunjukkan bahwa volume pengiriman masih jauh di bawah level normal. Total pengiriman pada Juni hanya sekitar dua pertiga dari rata-rata bulanan tahun lalu.
China memproduksi sekitar 90% magnet permanen rare earth dunia. Guncangan pasokan dalam beberapa bulan terakhir mempercepat langkah negara-negara Barat untuk membangun rantai pasok yang tidak bergantung pada China.
Awal bulan ini, Pentagon menyepakati investasi di MP Materials Co. — satu-satunya perusahaan tambang rare earth di AS — untuk mendanai pembangunan pabrik magnet besar yang baru.
Sementara itu, Uni Eropa mengalami sedikit perbaikan dalam penerbitan izin pasokan magnet sejak pertemuan antara Komisioner Perdagangan UE Maros Sefcovic dan Menteri Perdagangan China Wang Wentao bulan lalu, menurut seorang pejabat senior UE yang menolak disebutkan namanya karena isu yang sensitif.
Namun, masalah sistemik tetap ada dan topik ini dipastikan akan dibahas dalam KTT UE-China di Beijing akhir pekan ini.
China belum menyetujui 1 pun izin ekspor magnet ke produsen otomotif India sejak April. Sekitar 30 permohonan masih menunggu persetujuan, menurut Presiden Society of Indian Automotive Manufacturers, Shailesh Chandra, dalam konferensi pers di Mumbai, Selasa (16/7).
Kendati demikian, pengiriman ke India naik menjadi 172 ton pada Juni dari 150 ton pada Mei.
(bbn)
































