Logo Bloomberg Technoz

Ia juga menekankan bahwa tarif resiprokal ini merupakan tambahan (on top) dari tarif normal MFN (most favored nation) yang berlaku. Selain itu, terdapat juga tarif sektoral yang diberlakukan secara khusus terhadap komoditas tertentu seperti baja, aluminium, hingga komponen otomotif, yang dalam beberapa kasus dikenakan tarif hingga 50%.

"Yang membedakan kita, posisi Indonesia masih paling rendah dan kompetitif. Dan bahkan ini pun masih terus dinegosiasikan," ujarnya.

Terkait pertanyaan apakah status Indonesia sebagai anggota BRICS memicu tambahan tarif, Susiwijono menepisnya. "Tidak ada kaitan. Tarif resiprokal ini sudah final 19%," tegasnya.

Sebelumnya diberitakan, Presiden AS Donald Trump memastikan tarif impor untuk barang dari Indonesia sebesar 19%, alias lebih rendah dari pengumuman sebelumnya sebesar 32%.

Tidak terpisahkan dari komitmen tersebut, Trump juga menyebut Indonesia terikat perjanjian untuk membeli produk energi AS hingga US$15 miliar dan komoditas lainnya.

"Produk pertanian Amerika senilai US$4,5 miliar, dan 50 Jet Boeing, banyak di antaranya adalah Boeing 777," ujar Trump.

Melalui pengumuman tersebut, Trump menyatakan AS akan memiliki akses penuh terhadap pasar Indonesia tanpa tarif.

“Kami tidak akan membayar tarif. Jadi mereka memberi kami akses ke Indonesia, yang tidak pernah kami miliki. Itu mungkin bagian terbesar dari kesepakatan itu. Bagian lainnya adalah mereka akan membayar 19%, kami tidak akan membayar apa pun,” ujar Donald Trump.

(ell)

No more pages