Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Peretas mencuri lebih dari US$2 miliar (sekitar Rp32,6 triliun) dalam bentuk mata uang kripto selama enam bulan pertama tahun 2025, menjadikannya periode terburuk dalam sejarah pencurian aset digital. Hal ini diungkapkan dalam laporan terbaru firma analisis blockchain Chainalysis dilansir Jumat (18/7/2025). 

Berdasarkan laporan Chainalysis, total kerugian akibat pencurian kripto sepanjang paruh pertama tahun ini mencapai US$2,17 miliar, yang mana hal tersebut melampaui total kerugian sepanjang tahun 2024.

Catatan peretasan ini juga 17% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022, yang sebelumnya memegang rekor sebagai tahun terburuk dalam catatan kejahatan siber di sektor kripto.

Penyebab utama lonjakan ini berasal dari satu insiden besar: peretasan bursa kripto Bybit yang dilakukan oleh kelompok peretas asal Korea Utara. Serangan siber tersebut menyebabkan lebih dari US$1,4 miliar dicuri dan kemudian dicuci untuk mendanai aktivitas rezim Korea Utara, menurut pernyataan FBI.

Sebagai catatan, para peneliti keamanan menduga bahwa kelompok peretas yang disponsori negara Korea Utara, Lazarus Group, berada di balik pencurian kripto terbesar pada bursa mata uang kripto ByBit. Dalam serangan ini, sekitar 400.000 koin Ethereum senilai US$1,4 miliar telah dicuri.

Selain itu, Lazarus Group telah dikenal sebagai dalang di balik berbagai pencurian kripto dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu kasus terbesar yang pernah mereka lakukan adalah peretasan terhadap perusahaan permainan kripto Axie Infinity. Lazarus saat ini telah membawa lari dana sebesar US$625 juta.

Bitcoin Melambung Melewati $120.000 Saat Kongres AS Memulai 'Pekan Kripto' (Paul Yeung/Bloomberg)

Chainalysis menambahkan bahwa peretasan terhadap Bybit mencerminkan pola yang lebih besar dalam strategi siber Korea Utara, yang kini semakin bergantung pada pencurian kripto sebagai bagian dari upaya menghindari sanksi ekonomi internasional.

Korea Utara, yang berada dalam isolasi internasional dan terputus dari sistem keuangan global, dalam beberapa tahun terakhir dikenal aktif menargetkan perusahaan-perusahaan Barat demi memperoleh aset digital guna mendukung program senjata nuklirnya yang dikenai sanksi.

Selain mencuri kripto, Korea Utara juga diketahui memanfaatkan ribuan pekerja IT jarak jauh untuk menyusup ke perusahaan teknologi global, mencuri kekayaan intelektual, dan memeras perusahaan agar membayar demi mencegah kebocoran data sensitif.

Dalam laporan sebelumnya, Chainalysis mencatat bahwa sepanjang tahun 2024, kelompok peretas Korea Utara bertanggung jawab atas hampir dua pertiga dari seluruh insiden peretasan kripto yang tercatat secara global.

10 Daftar Pemilik Bitcoin Terbanyak Dunia, Ada Michael Saylor? (Bloomberg Technoz/Asfahan)

(prc/wep)

No more pages